Jika nanti kau mengunjungi Makkah, sesekali palingkanlah wajah dari toko-toko yang megah dan barangan yang mewah, dan beralihlah menatap pasir-pasir dan debunya yang kini lebih kerana pembangunan di mana-mana.
Sebab dalam suasana itu, Sumayyah menemui syahadah, Yasir disalib, Bilal diseret ke tengah gurun, ditindih batu di atas pasir membara, dan dicambuk hingga pemecutnya kelelahan. Sebab dalam sesak itu, Khabbab pernah diselongsong di atas api pembakar besi, hingga cairan yang menetes dari lepuhan punggunglah yang memadamkan nyalanya.
Dalam gerah ini pula, Sang Nabi ﷺ menangis dan berkata, “Duhai Makkah, sungguh engkau adalah bagian bumi yang paling dicintai Allah, maka kamipun sangat mencintaimu.. Seandainya bukan karena kaumku mengusirku darimu, aku takkan pernah meninggalkanmu..”
Jika kau nanti menjadi tamu Allah, sesekali pejamkan matamu dari kilau gemerlap lampu-lampunya, kecerlangan marmer dan granit berukir-ukir. Lalu bacalah talbiyah dengan penghayatan orang-orang yang dipanggil Ibrahim lalu datang berjalan kaki atau menaiki unta-unta kurus dalam perjalanan berbulan-bulan dari lembah-lembah yang dalam.
Lalu mari mengenang dua uswah hasanah itu dalam doa rindu, “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad. Kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim.”
Mereka yang menyejarah, selalu rindu kepada Makkah, menghayati duka sedalam cinta..
__________
‘Umrah penuh makna, berangkat di tiap bulan dengan para Asatidz kami yang mumpuni insyaallah; bertamu pada Allah, menyusuri senyum dan airmata Rasulullah; di @JejakImani (+62857-2002-8100).