YES, RADIKAL

Masyaallah, rupanya banyak sekali Shalih(in+at) yang sampai menghubungi secara pribadi untuk menyampaikan sedih dan geramnya karena nama saya masuk sebuah daftar yang juga menyertakan guru kita Habib Rizieq, @ustadzabdulsomad, dan @ustadzadihidayat. Waduh, saya yang hanya remah rengginang apek di kaleng Khong Guan berkarat ini merasa sangat tersanjung. Uniknya, di dalam daftar itu ada juga nama para Gurunda yang kiranya akan menyebut kami-kami sebagai ‘Persatuan Kebun Binatang’, atau malah ‘Tumpahkan Saja Darahnya’. Semoga Allah ampuni dan sayangi semua.

Awalnya, saya menyangka akan biasa saja ketika nama saya ada di urut ke-19 senarai bertajuk, ’20 Nama Penebar Ajaran Islam Radikal/Wahhabisme’ itu. Sebab sudah sejak lama pula nama ‘Salim A. Fillah’ oleh sebagian yang berbangga dengan kewahhabian dimasukkan daftar ‘Ahli Bid’ah’, ‘Da’i Manhaj Gado-gado’, ‘Da’i Hizbiyyun Harakiyyun’, ‘Gembong Ikhwani’, atau julukan lainnya.

Memang uniknya, yang sekarang membuat daftar mengatasnamakan ‘Generasi muda NU’, yang saya merasa menjadi bagian darinya. Saya santri, dididik di Pondok Pesantren Salafiyah, dalam makna asrama pendidikan yang tak memiliki lembaga resmi berjenjang-jenjang, yang alumninya takkan mendapat ijazah atau lembar kertas apapun yang menunjukkan dia pernah belajar apa, kapan, dan di mana. Saya mengaji sorogan dan bandungan, dari Safinatunnajah ke Sullamut Taufiq ke Fathul Qarib hingga Bidayah dan Tuhfah, menazhamkan Hidayatush Shibyan, ‘Imrithy, sampai Alfiyah, bermadrasah dan berkhithabah, membaca Maulidusy Syarifil Anam serta mengamalkan Ta’limul Muta’allim; semua mengalir sebagaimana kami memasak dan makan, lalu tidur di lantai berbantal persediaan beras yang membuat tak nyenyak ketika menipis di akhir bulan.

Wahabi? Mungkin maksudnya ndherek Allahuyarham Kyai Abdul Wahab Chasbullah, salah satu dari 3 pendiri NU.

Radikal? Mungkin maksudnya seperti makna asalnya; mengakar. Lha iman kan memang harus seperti pohon yang baik, ‘akarnya teguh menghunjam, batangnya bercabang menggapai langit, memberi buah setiap musim dengan izin Rabbnya.’ Yang tidak boleh itu ekstrim; ghuluw, ifrath-tafrith, tanaththu’.

Rupanya berada di tengah itu memang sering berarti dikanankan oleh yang kiri dan dikirikan oleh yang kanan.

Alhamdulillah, semua itu tidak ada apa-apanya dengan tuduhan yang menimpa Kangjeng Nabi; gila, penyihir, dukun, tukang syair. Maka selow sahaja njih kita. Katakan saja pada yang buat daftar, “Ih kamyu! Sa ae!”

Jazaakumullaahu khayran pada Shalih(in+at) yang sampai demikian bersimpati menjapri. Mari terus berdakwah, semoga Allah limpahkan berkah. Saya juga akan terus mengurai makna batik dan dhapur serta pamor keris. Lha kan tidak nyambung? Radikalis wahhabis kok suka keris? ?


Posted

in

, , , ,

by