Tag: Mataram
-
FILM ‘Sultan Agung’ (Review)
Kaget juga ketika suatu hari Mas @hanungbramantyo mengirim pesan pendek, “Kula badhe ijin, apakah berkenan asma Ustadz Salim dan kawan dimasukkan sebagai penasehat kesejarahan di film?” Saya spontan menjawab, “Weh, lha punika, hehe. Mbokmenawi jangan, ampun rumiyin, Mas. Lha wong kula merasa belum ngaturi kontribusi apa-apa je, hehehe.” Memang demikian adanya. Seingat saya, kami baru…
-
Keplek ILAT dan PAWON Anget
Sebagaimana perbedaan konsep seni “ndudut ati” dan “ngayang batin”, dalam tradisi kuliner Mataraman, ada 2 madzhab utama mengikuti gaya hidup awal di kedua Kuta Nagara yang bersaudara. Di Surakarta, yang sejak masa Ingkang Sinuhun PB II mengembangkan hubungan ‘saling menjaga eksistensi’ dengan VOC, berkembang budaya “Keplek Ilat” yang secara harfiah lebih kurang berarti “memanjakan lidah.”…
-
Sang PANGERAN dan JANISSARY Terakhir
Kyahi Gentayu berjingkrak, menaikkan kaki depannya sambil meringkik riang dan sesekali melonjak. Surainya berkibar terentak selaras dengan tapak-tapaknya yang berkecipak. Dengan kepala mendongak, sang penunggang tetap dapat duduk tegak. Lelaki berperawakan tinggi lagi kacak itu tampak seperti sedang menari tandak. Gerak tubuhnya melenggak sesuai lenggok tunggangannya yang rancak. Di sekeliling kuda yang menjejak-jejak, para pengawalnya…
-
SUMBER PESONA
“Sesungguhnya Allah Maha Indah. Dia mencintai keindahan.” إن الله جميل يحبّ الجمال (HR Muslim) Pernah kita kemukakan, kakak beradik pewaris Mataram, Surakarta dan Yogyakarta punya konsep estetika yang agak berbeda. Di Solo, ada istilah “ndudut ati”, sementara di Jogja, puncak keindahan disebut “ngayang batin”. “Ndudut”, arti harfiahnya adalah “menarik sesuatu dari dalam melalui celah sempit…
-
SEHAMPARAN Bunga PANDAN
Jika kita perhatikan kedua bilah keris ini, terdapat ricikan berpasangan yang mengapit bagian dasar bilahnya, bagai daun pandan yang tumbuh ke atas mengelilingi pangkal batangnya. Bentuknya tipis berujung runcing, membulan sabit semi tegak. Pada bilah tua sebelah kiri telah tak kentara ruasnya, pada yang kanan dari zaman yang jauh lebih muda jelas terlihat kemiripannya dengan…
-
RADEN SUKRA
Di dunia yang merimba, kisah seorang lelaki rupawan berakhir mengerikan. Ini kisah Raden Sukra, putra Patih Sindureja di masa Amangkurat II (1677-1703). Zaman memang meleset baginya, ketika putra mahkota, Raden Mas Sutikna yang cacat tumit dan jalannya kencet menganggapnya pesaing pesona. Kabut gelap membayangi Kartasura, ibukota keempat Kerajaan Mataram Islam. Kisah Raden Sukra ditulis dengan…