Seperti apakah nilai sebuah prakarsa?
Betapa ingin kita seperti Hud-hud. Seribu mil ia terbang di musim dingin itu dari Kan’an menuju Saba’ untuk menyaksikan sebuah negeri yang makmur sentausa serta dipimpin oleh seorang Maharani yang bijaksana. Dan Hud-hud si burung yang lulut, trenyuh hatinya oleh keprihatinan melihat keadaan mereka yang sayangnya belum mengenal Allah sehingga beribadah kepada sang surya.
Maka ia terbang berbalik arah seribu mil lagi menuju tuannya, sang da’i agung, Nabi Diraja Sulaiman ‘Alaihissalaam. Dihaturkannya keprihatinan itu dengan penuh semangat.
“Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga mereka tiada mendapat petunjuk..” (QS An Naml [27]: 24)
Sulaiman putra Dawud yang bijaksana meminta Hud-hud membuktikan laporan ini dengan mengutusnya untuk membawa surat dakwah ke negeri Saba’. Maka burung berjambul itu terbang lagi seribu mil ke selatan dan menjatuhkan suratnya di pangkuan sang ratu serta memastikan bahwa ia dibaca serta dibahas dengan para nayaka dan punggawa Saba’. Lalu Hud-hud kembali menuju rajanya yang adil, hingga genaplah 4000 mil perjalanan dakwah si burung kecil.
Kelak ikhtiyar dakwah Hud-hud menyambungkan Saba’ dengan Kan’an, bumi yang disucikan, menjelmakan kerajaan Balqis di Yaman menjadi Baldah Thayyibah, negeri suci dan indah di sisi Allah, Rabb Yang Maha Pengampun.
____________
Yang bersama saya tentu saja bukan burung Hud-hud. Ia elang yang biasa terbang sendiri melayang. Dalam jaulah dakwah para penulis @proumedia, tertaujihkan untuk selalu jadi pemrakarsa kebaikan, sebab pahala prakarsa tiada terputus melampaui segala hitungan.