Kompleks pemakaman luas di atas bukit Imogiri, dibangun oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma pada akhir masa pemerintahannya di tahun 1640-an. Imogiri sendiri bermakna “gunung yang diselimuti kabut.”
Astana teratas di kompleks ini disebut Kasultanagungan, kemudian di bawahnya sebelah kiri adalah bagian Kasunanan Surakarta yang terdiri dari Astana Pakubuwanan, Kasuwargan Surakarta, Kapingsangan, dan Girimulya. Di sebelah kanannya adalah bagian Kasultanan Yogyakarta yang terdiri atas Astana Kasuwargan Yogyakarta, Besiyaran, dan Saptarengga.
Di masa mudanya, Pangeran Dipanegara dengan penyamaran sebagai ‘Abdurrahim, sering berziarah pada Eyang-eyangnya di tempat ini. Di Masjidnya yang sunyi dan syahdu, yang dikenal sebagai Masjid Pajimatan, beliau sering beribadah dan bermuhasabah. Namun suatu kali, penyamarannya terungkap. Maka masyarakat pun berduyun-duyun menemuinya di Masjid Pajimatan. Beliaupun mengajak mereka berbincang bertukar rasa dengan penuh keakraban, seakan tanpa sekat antara seorang Pangeran dan para kawula.
Inilah adegan yang dilukis Mas Deddy PAW dan ditampilkan dalam Gelaran “Sastra Rupa; Gambar Babad Dipanegara” yang menampilkan 51 lukisan dari 51 pelukis sebagai interpretasi dari 51 adegan seperti yang tertulis dalam pupuh-pupuh Babad Dipanegara.
Pameran ini diselenggarakan oleh PATRAPADI (Paguyuban Trah Pangeran Dipanegara) dan didukung oleh PT PLN bertempat di Jogja Gallery, Jl. Pekapalan no 7, Alun-alun Utara, Yogyakarta. Pameran dibuka untuk umum, antara tgl 1-24 Februari 2019 ini. Shalih(in+at) sila kunjungi dan temukan berbagai hikmah dalam tamasya sejarah yang unik ini.
Singkap juga misterinya; misalnya mengapa Mas Deddy PAW melukis Masjid Pajimatan dari sudut pandang seseorang dari arah lereng dengan terbingkai oleh rumpun pohon Apel yang berbuah ranum.