Suatu hari seorang tamu berkunjung pada Allahuyarham KH. Ahmad ‘Umar ‘Abdul Mannan, Mangkuyudan. Tamu ini akrab sekali mengajak berbincang, membicarakan berbagai ihwal seakan dia dan tuan rumah sudah kenal lama.
Kyai ‘Umar melayani dengan dhiyafah tuan rumah yang jauh lebih ramah lagi, meski hati dan fikirannya terus bertanya dan mencari-cari, “Ini siapa kiranya?” Beliau betul-betul lupa. Tapi beliau merasa, alangkah akan merisikan hati kalau dalam obrolan semesra itu beliau bertanya, “Mohon maaf, panjenengan siapa ya?”
Maka beliau sejenak pamit beringsut dari ruang tamu. Dipanggillah seorang santri. “Ini ada tamu. Tampaknya kok kenal akrab sekali. Tapi aku betul-betul lupa siapa. Coba kamu temui dan ajak kenalan agak keras agar aku dengar dari sini.”
Akhlaq ‘ulama, indah sekali.
Itu pula yang kami, para penulis Pro-U Media rasakan ketika menziarahi Allahuyahfazhuh Dr. Muhammad Mu’inuddinillah Basri, MA di PPTQ Ibnu ‘Abbas Klaten dalam jaulah dakwah baru-baru ini. Keakraban yang beliau tunjukkan dalam menyambut dan berbincang, serasa kami adalah adik-adik dan anak-anak beliau sendiri.
Ada satu ungkapan menarik dari beliau menyikapi zaman fitnah di mana kebenaran dan kebathilan dijungkirbalikkan oleh berbagai narasi, dipolas-poles begitu rupa agar yang buruk jadi baik dan yang tercela jadi terpuji serta sebaliknya. “Alhamdulillah”, ujar beliau, “Fir’aun itu dikisahkan dalam Al Quran sebagai tiran penentang kebenaran. Andai tidak, mungkin akan ditulis bahwa dia itu pahlawan yang gugur syahid ketika mengejar teroris Musa beserta gerombolannya.”
Hidup di zaman yang sinarnya remang dan kabutnya berlapis dengan debu yang siap menyapa mata dan duri yang siaga menanti kaki; sungguh harus menggiring kita untuk berdekat-dekat dengan cahaya Al Quran dan pantul-pantulan sinar dari para Ahlul Quran.
Allaahummahdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal anbiyaa’i wal mursaliin..