Tag: Sejarah
-
JENGKAR
Surakarta, Mei 1746 Sang Pangeran menunduk dengan sesekali mengulum senyum. Para sentana dan nayaka yang dicekam prihatin tahu, senyum itu adalah perlawanan terhadap kepedihan, kepahitan, dan rasa terhina yang tak terperikan. “Tuan Patih, apa bukan sinting dan tak tahu malu namanya, pengecut tak punya jasa tapi menuntut hadiah akan keberanian?”, aksen Belanda berbau Perancis membahana.…
-
TRAH
Untuk kesekian kalinya berbincang dengan Kangmas Roni Sodewo, dan waktu serasa dilipat. Bayangkan keturunan ke-7 dari moyangnya yang 8 tahun ini bertungkuslumus menghabiskan tenaga, waktu, dan dana mencari saudara-saudaranya. Bukan pekerjaan mudah, terlebih karena hampir 1,5 abad jalur keturunan ini dicap sebagai pemberontak, diburu, diasingkan, dan demi keselamatan dan ketenteraman memilih menutup rapat silsilahnya. Trah,…
-
PRAWIRO RONO
Kali Bogowonto, Musim Hujan 1751 Di tengah gerimis, prajurit berseragam kesatuan Mantrijero itu maju sambil menggenggam tombak berlandheyan panjang. Luar biasanya, yang dia genggam bukan bagian gagangnya, melainkan mata tombaknya. Cara memegang tombak yang tak lazim itu tak menghalanginya untuk menyabet ke kanan dan ke kiri, membuat serdadu-serdadu VOC bertumbangan. “Hayo maju semua! Ini aku…
-
PERUBAHAN (Bag. 2)
Nun jauh di timur, 3 abad sebelum hikayat The Last Samurai terjadi; perubahan serupa yang terjadi di dunia Arab juga mengguncang. Dalam pertempuran Mikatagahara di tahun 1572, profil kejayaan zaman Sengoku yang diwakili pasukan Takeda Shingen dari Kai harus mulai mengakui keunggulan pasukan gabungan Oda-Tokugawa yang secara tak dinyana menggunakan pagar bambu untuk menaungi pergantian…
-
PERUBAHAN (Bag. 1)
“Matahari musim panas yang terik menyorot Al Asyraf Qansuh Al Ghauri, Sultan Mamluk ke-49”, tulis Eugene Rogan, di bab awal bukunya yang memikat, The Arabs: A History. “Dia sedang memantau pasukannya yang tengah bersiap menghadapi peperangan.” Hari itu, 24 Agustus 1516, kekuasaan Mamluk yang membentang di Mesir, Suriah, dan Jazirah Arab dipertaruhkan oleh pria 70-an…
-
WATAK Kebudayaan ISLAM
“Sesungguhnya Allah Maha Indah. Dia mencintai keindahan.” (HR Muslim) إن الله جميل يحبّ الجمال Nahdlatul ‘Ulama telah memasyhurkan kaidah penting, “Al muhafazhatu ‘alal qadimish shalih, wal akhdzu bil jadidil ashlah.” Maknanya, “Memelihara nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.” Orang Jawa punya istilah ringkas untuk itu, yakni “Nunggak Semi”. Nunggak; kokoh…