Tag: Nusantara

  • PENYEMBUH

    “Telah datang (Quran sebagai) mau’izhah dari Rabb kalian, penyembuh bagi apa yang ada dalam dada, hidayah & rahmat bagi mukminin.” {QS 10 :57} “..Dan Quran itu menjadi penyembuh bagi apa yang ada dalam dada..”; bagaimana sombong tak sembuh jika mesra melafal kalam Sang Maha Gagah. “..Dan Quran itu menjadi penyembuh bagi apa yang ada dalam…

  • PROFIL (SULTAN AGUNG)

    “Wajahnya keras tapi sekaligus bijak, dia bagai kaisar dengan dewan penasehatnya, memerintah dengan keras sebagaimana di negara besar lainnya.” -Balthasar Van Eyndhoven dan Van Surck, 1614- Sekira 2 abad setelah masa Sejong Yang Agung dari Joseon, 3300 mil ke selatan, muncul raja yang juga bernama Agung. Seperti Sejong, telah kita bahas bahwa dia juga mewariskan…

  • JOSEON

    Tampil menggantikan Dinasti Goeryo yang menguasai Semenanjung Korea selama 5 abad, Kerajaan Joseon memantapkan administrasinya atas wilayah Korea dan memicu kemajuan budaya klasik, perdagangan, pengetahuan, sastra, dan teknologi yang dibasiskan pada falsafah Neo-Konfusianisme dan berkiblat pada Dinasti Ming. Memerintah antara Juli 1392 sampai Oktober 1897, Joseon menghadirkan Raja-raja berbusana Naga. Puncak keemasannya terjadi pada masa…

  • “Keris: Ilmu, Sejarah, Seni, dan Sunnah” | Ustadz Salim A. Fillah | TAUSIYAH SPECIAL EDITION

  • MENYAMBUNG Sultan AGUNG (Bag. 10)

    MENYAMBUNG Sultan AGUNG (Bag. 10) @salimafillah Lambang adalah cara manusia berbudaya menyampaikan pesan agar sampai pada yang dimaksud tanpa perlu ada yang tersakiti. Dalam susastra Mataraman, ada “karyenak tyasing sasama”, membuat hati sesama tetap merasa nyaman. Seiring waktu, kemampuan membaca lambang terkikis. Maka pemahaman keliru tumbuh. Lalu ketidakmasukakalannya dicarikan pembenaran dari hal-hal yang bertentangan dengan…

  • MENYAMBUNG Sultan AGUNG (Bag. 9)

    “Sesungguhnya Allah Maha Indah. Dia mencintai keindahan.” Pernah kita bahas di kesempatan lain bahwa dalam gaya komunikasi Solo punya “umuk”, Jogja punya “glembuk”, dalam kuliner ‘tiyang Sala’ itu “keplek ilat” dan ‘priyantun Ngayukja’ itu falsafahnya “pawon anget”. Nah, dalam konsep seni kedua kakak-beradik pewaris Mataram itu juga punya kekhasan. Konsep seni Surakarta dikenal sebagai “ndudut…