“Jari telunjuk saya, yang mengakui dalam setiap ibadah bahwa tidak ada sesembahan selain Allah dan bahwa Muhammad ﷺ adalah Rasulullah, tidak bisa menulis kata-kata dusta, kami tidak menyerah, kami menang atau mati!”
(Omar Mukhtar)
“Siapa musuh terpenting yang kauhadapi di Libya?”, tanya sang diktator Italia, Bennito Musollini kepada Rudolfo Graziani, Jendral utamanya di Afrika Utara.
“Orang Tarekat Sanusiyah itu, Omar Mukhtar”, jawab sang Jenderal. “Tenanglah Tuan, dia hanya seorang guru.”
“Justru aku mengkhawatirkan itu”, sahut Musollini. “Seorang guru bisa-bisa akan mengajarmu.”
Mengenakan baju koko seri Omar Mukhtar dari @fullheart.corp, saya mencoba menghayati tasyahud jemari, dengan melatihnya berakrab dengan permainan di dalam sunnah Nabi ﷺ.
“Pamenthanging Gandewa, mujudake Pemanthenging Cipta”, demikian filosofi jemparingan yang menunjukkan hubungan erat antara matra lahiriahnya dengan matra fikiran dan perasaan. Kata “manah”, yang dalam Bahasa Jawa berarti “hati nurani” atau “perenungan yang dalam” dipakai juga untuk menggambarkan aktivitas meluncurkan anak panah dari busurnya. Ayahanda Panembahan Senapati, leluhur pendiri Kerajaan Mataram juga bernama Ki Ageng Pemanahan. Sebab ‘ahli manah’ adalah ‘ulil albab’, melampaui ‘ahli manggalih’ yang sampai tahap tafakkur.
Pangeran Mangkubumi, pendiri Kesultanan Yogyakarta, perumus falsafah ‘nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh’ adalah seorang yang sangat menggemari berkuda, memanah, dan berenang. Tiap kali duduk tafakkur di tepi Bengawan Semanggi, beliau suka melempar cincin berliannya ke arus air, lalu terjun berenang dan menyelam untuk mencarinya lagi.
______________
Seri koko Omar Mukhtar, sebagai inspirasi untuk teguh berjuang di jalan Allah, dapat didapatkan via @fullheart.corp di WA 0821-3699-9095. Ahlan.?