(Kutipan Babad Dipanegara yang ditulis dalam pembuangan di Manado pada 1831-1833 dalam bentuk tembang dan beraksara pegon, lebih dari 1000 halaman; diakui sebagai salah satu naskah Memories of The World oleh UNESCO, dan salah satu pionir otobiografi di dunia)
MIJIL
//sun amedhar suraosing ati/ atembang pamiyos/ pan kinarya anglipur brangtane/ aneng Kitha Manadhu duk kardi/ tan ana kaeksi/ nging sihing Hyang Agung//
//mapan kathah kang karesing galih/ ing tingkah kadudon/ pan mangkana ing tyas pangasthine/ kaya paran solah ingsun iki/ yen tan ana ugi/ apura Hyang Agung//
//lara wirang pan wus sun lakoni/ nging panuhuning ngong/ ingkang karilan kang dhingin kabeh/ kulawarga kang ngesthokken yekti/ mring Agama Nabi/ oleh apitulung//
“Aku tuangkan perasaan sukmaku, dalam irama Mijil yang gundah. Disusun untuk menghibur hasrat jiwaku, di Kota Manado-lah penulisannya. Tanpa disaksikan siapapun, hanya karena kasih sayang Allah Yang Maha Agung.”
“Banyak nian yang terasa di hati, tentang segala kejadian tak menyenangkan di masa lalu. Makanya sekarang hatiku berketetapan. Duhai akan jadi apa segala perbuatanku, sekiranya tiada ampunan dari Allah Yang Maha Agung.”
“Telah kualami derita dan malu, tapi aku senantiasa memohon, agar dapat ridha atas segala yang telah terjadi. Dan sungguh-sungguh kuwasiatkan, agar keluargaku benar-benar memegang teguh agama Nabi, hingga beroleh pertolonganNya.”
___________
Sebuah sketsa Sang Pangeran yang dibuat secara live drawing oleh Mas @Ardian_Syaf eks komikus Marvel di @terasdakwah, kami terima sebagai salah satu penyemangat untuk segera menyelesaikan naskah novel ‘Sang Pangeran dan Janissary Terakhir’. Jazaakumullaah. Gambar ini tidak ditujukan untuk penyembahan, tidak 3 dimensi sebagaimana definisi tashwir, tidak mewakili ukuran dan keutuhan sebenarnya, digunakan sebagai wasilah pendidikan dan penjelasan agar mudah bagi anak-anak kita, dan tidak ditaruh di rumah. (saya urutkan rukhshah fiqhiyahnya ya).?