Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kezhaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.
Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian selama perjalanan pulang.
Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih terus bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru.Tapi ia tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu adalah, Ahmad Yasin.
Lumpuh badannya, tapi nyala semangatnya adalah kobaran yang membakar nyali para penjajah.
“Saat langit berwarna merah saga…
Dan kerikil perkasa berlarian…
Meluncur laksana puluhan peluru…
Terbang bersama teriakan takbir…
Semua menjadi saksi, atas langkah keberanianmu…
Kita juga menjadi saksi, atas keteguhanmu…
Ketika Yahudi-yahudi membantaimu…
Merah berkesimbah di Tanah Airmu…
Mewangi harum genangan darahmu…
Membebaskan bumi jihad Palestina…
Perjuangan telah kaubayar dengan jiwa…
Syahid dalam cintanya…”
-Shoutul Harokah-
___________
Keris berwarangka Wulan Tumanggal khas zaman Sultan Agung, berhulu wanda Lempuyangan, bersunggingan logo Hamas bersama motif Alas-alasan; dukungan kita untuk perjuangan Palestina, persembahan PAGUYUBAN MANDAT MATARAM via Galeri Omah Nara-nya Mas @unggul.sudrajat.
“Ya Allah, karuniakan kami shalat di Masjidil Aqsha dalam keadaan merdeka..”