(Tentang) REUNI 212

“Ini pasti bayaran!”

“Mau habis uang berapa untuk bayar orang sebanyak ini? Tidak semudah itu Fergusooo!”

“Jelas, ini agenda politik!”

“Lha gimana lagi. Ada yang punya jabatan politik kuat tapi sukanya reriungan dengan yang menista agama, yang baperan pada ‘ulama, yang like and dislike soal hukum, yang anti pada agenda-agenda keummatan. Ya kan jadi masshoookkk Pak Eko!”

“Ini niatnya mau pada makar!”

“Wooo.. Kalau niatnya begitu, sudah digeruduk itu Istana dan diduduki sejak 2 tahun lalu! Tidak… Tidak… Mana mungkin aku setega itu, Esmeralda!”

“Ini pasti ditunggangi HTI!”

“Horaaa sudddiii.. Ini soal rindu pada NKRI yang Berketuhanan yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab, Bersatu, Berdaulat, Adil, dan Makmur. Kalau nggak mampu, nggak usah ikut-ikutan rindu. Kamu nggak akan kuat, Milea! Biar kami saja!”

“Ngumpul banyak tapi nggak menghasilkan apa-apa! Dasar buih!”

“Kamu nggak ngerasain sih indahnya jadi buih. Padahal yang penting rasanya Bung! Dan rasa kan nggak pernah bohong!”

“Emang gimana rasanya?”

“Yaa.. Kayak ada manis-manisnya gitu!”
__________
Cuplikan Puisi BUIH:

Betapa bahagia menjadi buih yang terlibat menyejarah..

Karena ia tahu bahwa pengalaman damai ini terukir di tiap hati..

Karena ia tahu bahwa persatuan ini memerindingkan berjuta saksi..

Karena ia tahu bahwa gelombang kebangkitan ini tak dapat dihalangi..
___________
Foto oleh Pak @oyi_k