Tag: Jawa
-
BESAN
“Berlembutlah kalian kepada penduduk Mesir”, ujar Nabi ﷺ, “Sebab kita dengan mereka memiliki hubungan nasab dan perbesanan.” Hubungan nasab tentu karena Hajar, istri Nabi Ibrahim dan ibunda Nabi Isma’il, adalah putri Lembah Nil. Adapun hubungan perbesanan adalah karena Mariyah Al Qibthiyah istri beliau ﷺ yang melahirkan Ibrahim ibn Muhammad ﷺ berasal dari negerinya Muqaiqus itu.…
-
PAJANG
Betapa beruntung Kesultanan Pajang, memiliki seorang Pangeran berakhlaq mulia, Benawa namanya. Sebakda wafatnya Sultan Hadiwijaya yang terjatuh dari Gajah dalam ekspedisi ke Mataram, para ‘ulama, santri, dan Adipati-Adipati wilayah Pesisir ramai-ramai mendukung Arya Pangiri, cucu Sultan Trenggana dari Sunan Prawata sekaligus menantu Hadiwijaya sebagai penerus takhta. Benawa, lelaki tanpa ambisi itu tak keberatan sedikitpun, padahal…
-
MENGHORMATI MUSUH
Selalu ada yang dapat kita jadikan pelajaran dari mereka yang menyatakan diri sebagai lawan. Musuh yang padanya ada sifat-sifat mulia, amat layak dikenang dan diikuti keluhurannya. Barangkali itu yang hendak diajarkan Panembahan Senapati kepada kita. Hari itu, Sungai Serang gempita oleh teriakan perang dari dua pihak berkerabat, Jipang dan Pajang. Adipati Aria Penangsang, cucu Raden…
-
Putri CADAR Biru
“Putri cadar biruu.. Putri cadar biruuu..”, seru naracarita bersuara keibuan sekira paruh awal tahun 90-an itu. Inilah lanjutannya, “Sebuah sandiwara radio penuh tragedi menegangkan di kalangan rimba persilatan yang dikobarkan oleh seorang dara jelita akibat cinta yang kandas sebelum terbalas..” Agak lebay memang pengantar itu. Sebab bagi para penyimak setianya, kisah Putri Cadar Biru lebih…
-
UTUSAN (Palsu)
Sukawati, 1755 Perang paling akbar yang pernah dihadapi Kongsi Dagang terbesar di dunia itu sudah berlangsung 9 tahun dan rakyat Mataram kian menderita bagai pelanduk di tengah tawuran gajah. Enam tahun lalu, Pangeran Mangkubumi akhirnya menerima desakan berulang-ulang menantunya, Pangeran Sambernyawa, untuk mau ditahbiskan menjadi raja Mataram dengan gelar Susuhunan Ingalaga di desa Kabanaran. Sambernyawa…
-
JENGKAR
Surakarta, Mei 1746 Sang Pangeran menunduk dengan sesekali mengulum senyum. Para sentana dan nayaka yang dicekam prihatin tahu, senyum itu adalah perlawanan terhadap kepedihan, kepahitan, dan rasa terhina yang tak terperikan. “Tuan Patih, apa bukan sinting dan tak tahu malu namanya, pengecut tak punya jasa tapi menuntut hadiah akan keberanian?”, aksen Belanda berbau Perancis membahana.…