MENDHAK: Merendah dalam Tindak

Jika kita susuri ucap-ucapan para Nabi dan Rasul dalam Al Quran, kita menemukan betapa runduknya hati mereka pada Allah.
.
Sebab bagi hati yang merunduk tak ada lagi kerendahan tuk jatuh. Sebab dalam hati yang merunduk, terbuncah cinta yang utuh. Sebab atas hati yang merunduk, segala kepongahan akan takluk. Sebab pada hati yang merunduk, cinta manusia mengalir teruntuk.
.

تواضعْ كما النجم استبان لناظر
على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تك كالدخان يرفع نفسه
إلى طبقات الجو وهو وضيع
.

“Merendahlah engkau seperti bintang gemintang, berkilau dipandang orang.
Tampak di atas air berriak, padahal ia tinggi memuncak
Jangan engkau seperti asap, yang mengangkat diri membubung meluap.
Menuju angkasa raya padahal dirinya rendah hina.”
.
(Musa ibn ‘Ali Az Zarzary)
.
Di antara deder sebagai pegangan dan ganja yang mendasari bilah keris, hampir selalu terdapat cincin cantik yang seakan menjadi penopang dan penyambung keduanya. Ia disebut mendhak.
.
Apa itu mendhak?
.
“Mendhak” atau “mendak”, dalam KBBI berarti mengendapkan badan, melesakkan diri ke bawah. Dalam Bahasa Jawa, ia adalah kebalikan dari kata “mendhukul” yang berarti tampak menonjol. Dalam gerakan tari Jawa, mendhak adalah menekuk lutut dan menarik badan condong ke bumi, menginsyafi kecilnya diri di hadapan Sang Pencipta dan bukan apa-apanya ia di hadapan sesama.
.
Sebakda kejujuran, kerendahan hati adalah akhlaq asasi. Dari keduanya akan lahir banyak pekerti yang harum mewangi.
.
Di antara bilah yang ‘sinengker’ atau tersembunyi sebagai perlambang ibadah rahasia antara hamba dengan Rabbnya dengan deder yang menampilkan akhlaq mulia pada dunia; terdapat mendhak yang menopang keduanya. Itulah kerendahan hati, salah satu akhlaq asasi. Agar ibadah tak disombongkan dan akhlaq tak lahirkan ‘ujub kebanggaan.
.
Akhirnya, semua nikmat Ilahi biasanya mengundang rasa dengki. Kecuali kerendahan hati.
.

التواضع نعمة لا يحسد عليها اهلها
والتكبر بلية لا يرحم صاحبها
.

“Rendah hati adalah nikmat, yang pemiliknya takkan didengki oleh sesama. Dan kesombongan adalah bencana, yang penderitanya takkan dikasihani oleh sesiapa.”
.
Ilustrasi: Paguyuban Mandat Mataram.


Posted

in

,

by

Tags: