“Katakan hai Muhammad: ‘Inilah jalanku, aku berdakwah menyeru manusia kepada Allah di atas bukti yang nyata, aku dan orang-orang yang mengikutiku, Maha Suci Allah, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang mempersekutukanNya.” (QS Yusuf: 108)
Jalan itu adalah dakwah. Jalan itu ada di atas ilmu dan hujjah. Jalan itu adalah perjuangan dalam ukhuwah dan jama’ah. Jalan itu penuh perencanaan dan kehati-hatian untuk menjaga kemuliaan tauhid dan sunnah. Jalan itu amat tinggi derajatnya dalam pengabdian padaNya namun pula sangat rentan menggelincirkan ke jurang dosa terparah.
Seperti kisah Yusuf yang memukadimahinya, inilah jalan lurus itu; berkelok dan menikung, menanjak dan melongsor, membentang dan menghimpit, curam dan terjal, deras dan gemuruh, keras dan runcing.
Sebab pangkal kelurusan itu ada di dalam keyakinan. Ialah hati yang tak pernah berbelok dari Allah sebagai sesembahan yang haq. Lurus, sebab hanya pada Allah tunduknya, taatnya, dan tentramnya. Lurus, sebab hanya untuk Allah yakinnya, pasrahnya, dan kebajikannya. Lurus, sebab hanya bersama Allah gigil takutnya, gerisik harapnya, dan getar cintanya.
Maka di jalan itu, betapa pentingnya rekan bergandeng tangan, untuk menguatkan dan mengingatkan, untuk menyemangati dan menasehati, untuk memacu kencang dan menahan dari ketergelinciran. Seperti Musa meminta Harun menjadi mitranya.
Maka kebersamaan dalam juang ini indah dan mahal. Perbedaan yang ada, agaknya hanya tentang pembagian kerja yang sama muaranya. Adalah lucu kalau yang sedang mencetak genteng menghina-hina yang sedang menata bata, padahal mereka sedang membangun rumah yang sama. Adalah aneh kalau yang sedang menggali pondasi menjelek-jelekkan para penyiap kusen, pintu, dan jendela.
Mari bekerja, bersama, dan bekerjasama. Sebab kewajiban kita jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia.
____________
Jazaakumullaahu khayran @islamdiary tuk penggalan bincang tentang dakwah dan ukhuwah ini.
https://www.facebook.com/salim.a.fillah/videos/1562874490472331/