Maksiat adalah api; ia menunggui dan kan menyambut ahlinya di akhirat nanti. Taubat adalah air; sederas hujan, selembut embun, sesejuk salju.
Dan kita adalah tanah. Yang dengan siraman hujan menjadi subur. Yang dengan tetesan embun menjadi berkilau. Yang dengan selimut salju menjadi berrehat.
“Al Quran telah menunjukkan pada kalian penyakit kalian dan obatnya”, ujar Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib. “Penyakit kalian adalah dosa. Obatnya adalah istighfar.”
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Beristighfarlah, mohonlah ampun kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untuk kalian sungai-sungai.”
(QS Nuh: 10-12)
Bahkan sebelum soal ia jadi pembuka segala karunia; istighfar sudah seharusnya jadi kawan akrab kita. Sebab kita wajib beristighfar saat merasa berdosa, dan berlipat perlunya istighfar itu saat kita tak merasa berdosa. Maka taubat kita masih perlu ditaubati, bahkan istighfar kita masih perlu diistighfari.
___________
Pengingat ini dipersembahkan oleh @fullheart.corp, sepenuh hati berfesyen syar’i.