Selain diperingati sebagai Hari Guru, kemarin adalah hari pengakuan keris oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity, tepatnya pada 13 tahun lalu, yakni pada tanggal 25 November 2005.
Pengajuan penetapan Hari Keris, barangkali masih suatu perjuangan panjang. Tapi di kesempatan ini, bolehlah kita haturkan salut kepada para pejuang pekerisan yang telah membawa karya adiluhung ini ke pentas dunia, meski PR untuk pemuliaan, pelestarian, serta terlebih pengembangan lebih lanjut melalui riset dan invensi yang historis, saintifik, dan estetis.
Budaya tinggi biasanya kaya dengan lambang. Sebab lambang adalah cara manusia berbudaya menyampaikan pesan agar sampai pada yang dimaksud tanpa perlu ada yang tersakiti. Dalam susastra Mataraman, ada “karyenak tyasing sasama”, berusaha membuat hati sesama tetap merasa nyaman, apapun kebenaran yang harus disampaikan.
Begitulah keris, dengan konon puluhan nama ricikan (bagian-bagian kecil) beserta tipikalnya, 240-an dapur juga 140-an pola pamor beserta maknanya masing-masing, juga kesatuannya dengan aneka tipe warangka, berjenis-jenis mendak serta handle dan pengartiannya, berrupa-rupa pendok dalam bahan maupun pola tatahannya adalah objek studi hebat, menemani metalurgi, sejarah, dan nilai-nilai budayanya. Keris adalah wakil sah peradaban yang berawal dari filosofi luhur dan berwunud benda seni bercitarasa tinggi.
Seiring waktu, kemampuan membaca lambang terkikis. Maka pemahaman keliru tumbuh. Lalu ketidakmasukakalannya dicarikan pembenaran dari hal-hal yang bertentangan dengan agama. Atau barangkali seperti kredo Perhimpunan Babilonia:
“Sembunyikan dulu ilmu dan sains ini dalam mitos dan takhayul. Sebab manusia belum siap menjadikannya manfaat. Karena berbahaya jika ia jatuh ke tangan yang jahat.”
-Iskender Pala, ‘Babil’de Ölüm İstanbul’da Aşk’-
Keris, kebanggaan seluruh jazirah Nusantara, PR bersama untuk mengembalikan pada fitrahnya sebagai curiga dan dhuwung, perlambang waslada dan hati-hati dalam busana taqwa; menepis stigma kesyirikannya (karena bukan hanya keris, ada banyak benda lain yang bisa jadi wasilah kemusyrikan), juga mengajak untuk tenggelam dalam penghayatan akan ilmunya, metalurginya, sejarahnya, kriya logam-kayu-permata, hingga estetikanya yang mengandung ribuan tuntunan kebaikan hingga tak sempat menjadikannya sarana menyekutukanNya.
___________
Empat di antara bilah kesayangan berwarangka Branggah Yogyakarta; 2 kayu Timaha dan 2 Kayu Trembalo. #keris #harikeris #tosanaji