TANAH dan API

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia mencipta jin dari nyala api.” (QS Ar Rahman: 14-15)

Daerah Imari dan Arita di Prefektur Saga, Pulau Kyushu, terkenal sebagai penghasil keramik berkualitas tinggi lagi cantik.

Di akhir Zaman Asuka pada sekira Abad ke-7, tembikar Cina mulai didatangkan ke Jepang. Di zaman Dinasti Ming (1368-1644) para bangsawan di negeri Matahari Terbit sangat menyukai porselen biru dan putih dari Cina dan Korea. Pada Zaman Edo (1603-1868), porselen mulai dibuat di Jepang.

Adalah Ri Sampei, nama aslinya Yi Sam-pyeong, jamhur tembikar dari Korea yang tiba di Jepang pada abad ke-17. Dia menemukan tanah liat berjenis kaolin yang menjadi bahan porselen di gunung Izumi, Arita. Pada tahun 1616 lahirlah porselen pertama di Jepang. Pada mulanya porselen Arita mendapat pengaruh dari Cina dan Korea berupa warna biru indigo di atas dasar putih. Pada tahun 1640-an, Sakaida Kakiemon menciptakan Akae, porselen dengan dasar warna merah, yang kemudian menjadi madzhab baru keramik Arita.

Sejak tahun 1650-an, porselen Arita diekspor ke Eropa oleh serikat dagang Belanda, VOC. Di Eropa, porselen Arita lebih dikenal sebagai “Imari”.

Mari sejenak merenungkan asal kejadian kita dan keramik. Sungguh manusia berasal dari tanah, maka hendaklah kita rawat sifat-sifat tanah dalam diri kita.

“Tanah itu”, demikian menurut Syaikh ‘Abdul Karim Zaidan dalam kitab beliau, ‘Al Mustafad Min Qashashil Quran’, “Memiliki sifat tenang, lembut, tabah, tawadhu’, subur, bahkan menumbuhkan yang lain.”

Masyaallah. Semoga Allah jadikan kita tanah sejati, yang berbudi dan menumbuhkan sesama.

Sebaliknya Iblis yang telah mengejek Adam berasal dari api. “Adapun api itu”, lanjut beliau, “Panas, tergesa, membakar, memangsa yang lain, dan akan mati jika tak ada lagi yang dapat dia hancurkan.”

Subhanallah. Semoga Allah hindarkan kita dari menjadi sosok yang hidup dengan merusak sesama.

Dan Iblis juga lupa, dari dulu harga api segitu-gitu saja. Sementara harga tanah naik terus. Maka maukah kita menjadi insan yang selalu bertambah nilai?


Posted

in

by

Tags: