Tag: Renungan

  • PAMITKU

    Ah, betapa sedikit waktu bersama kita di dunia, Cinta.. Padahal aku tahu amat berat tugasku atas kalian.. Seakan saat akad kuucap pada walimu, dan saat anak kita pertama kali meneriakkan tangisnya.. Kalian berseru-seru, “Bawa kami pulang ke surga”.. Sebab bukan bekerja, bukan menafkahi, dan memimpinlah tugas suami yang paling membebani jiwa.. Tapi firmanNya, “Quu anfusakum…

  • METHUK: Jumpa dan Menjemput

    “Keberanian sejati mengenal rasa takut. Dia tahu bagaimana takut kepada apa yang harus ditakuti. Orang-orang yang tulus menghargai hidup dengan penuh kecintaan. Mereka mendekapnya sebagai permata yang sangat berharga. Maka mereka memilih waktu serta tempat yang paling tepat untuk menyerahkannya. Untuk mati dengan penuh kemuliaan.” (Eiji Yoshikawa, ‘Musashi’) “Methuk” berasal dari kata “pethuk” yang dalam…

  • PRASAJA LEGAWA

    Bagi penikmat 4 jilid seri ‘Mangan Ora Mangan Kumpul’ (2: Sugih Tanpa Bandha, 3: Madhep Ngalor Sugih Madhep Ngidul Sugih, 4: Satria Piningit ing Kampung Pingit) karya Prof. Dr. Umar Kayam, tentu tidak asing dengam tokoh bernama Prof. Prasaja Legawa. Berikut saya berikan ilustrasi ala Pak Ageng: “Lha mulai terdengar mendekat suara motor bebek tua…

  • SEDAMAI DI SINI

    Pernahkah ada yang menghitung; kiranya ada berapa perbedaan fiqih yang terjadi di Masjidil Haram ini? Tentang melafal niat, tentang sedekap, tentang iftitah, tentang letak tangan saat i’tidal, tentang telapak atau lutut dulu yang turun sujud, tentang letak kaki saat duduk, hingga tentang berapa kali salam yang termasuk rukun? Dan dapatkah kita pulang ke tanah air…

  • BEGINILAH KAMI DIPERINTAHKAN

    Dua faqihnya sahabat, ‘Abdullah ibn ‘Abbas dan Zaid ibn Tsabit, Radhiyallahu ‘Anhuma berbeda pendapat dalam banyak masalah. Salah satunya soal faraidh atau penghitungan waris. Menurut Ibn ‘Abbas, sebagaimana bagian cucu sama dengan anak ketika dia tiada, maka bagian kakek sama dengan ayah kala dia tiada, dan adanya kakek menghijab hak saudara. Tidak demikian menurut Zaid.…

  • KHILAF, BENCI, dan CINTA (2009)

    Seorang kawan, dalam do’a dan salamnya di berlalunya seperempat abad usiaku kembali mengenangkanku sebuah kaidah “bencilah kesalahannya, tapi jangan kau benci orangnya.” betulkah aku sudah mampu begitu pada saudaraku, pada keluargaku, pada para kekasih yang kucinta? saat mereka terkhilaf dan disergap malu betulkah kemaafanku telah tertakdir mengiringi takdir kesalahan mereka? tapi itulah yang sedang kuperjuangkan…