RAJA BADUNG

Selain Puputan Jagaraga yang dipimpin Patih Buleleng Gusti Ketut Jelantik pada 1841, Puputan Badung adalah kisah kepahlawan Bali yang tak kalah menyejarah pada 1906. Pramoedya Ananta Toer dalam buku ke-3 Tetralogi Buru-nya, ‘Jejak Langkah’, mengisahkan heroisme Puputan Badung sebagai latar samar kisah Minke dalam kedekatannya dengan Gubernur Jenderal Van Heutsz.

Adalah Kapal Sri Komala yang terkena hukum tawan karang di Pantai Sanur menjadi pengesahan bagi mantan Panglima Perang Aceh yang bengis itu untuk menaklukkan Bali demi ‘pengutuhan’ Hindia-Belanda yang lama diimpikannya.

Perlu waktu berhari-hari, banyak korban, dan kelelahan bertempur yang menyiksa untuk maju dari Pantai Pabean Sanur ke depan Puri Agung Denpasar bagi 4 batalion Belanda yang didukung tembakan artileri berat kapal perang mereka.

Dari Puri, rombongan yang berpakaian putih-putih dan memakai perhiasan berkilauan maju serentak dengan hingar. Pada jarak 70 langkah dari barisan pasukan Belanda, Raja dan rakyat Badung berlari kencang dengan tombak dan keris terhunus menerjang musuh. Saat itulah tembakan gencar dilepaskan sehingga korban berguguran tersungkur termasuk I Gusti Ngurah Made Agung, pemimpin Puri Denpasar.

Di Puri Pemecutan, Gusti Ngurah Pemecutan memerintahkan agar istana itu dibakar agar tak jatuh ke tangan Belanda. Dia keluar di atas usungan tandu bersama para punggawa dan keluarganya. Semua bergerak menyongsong kehadiran pasukan Belanda, bahkan yang lemah dipapah, anak kecil dituntun, dan bayi digendong. Merangsek pada pasukan Belanda, Raja beserta pengikutnya berloncatan menerjang. Pada pertarungan sengit itu mereka gugur dengan gagah.

Hari ini di Puri bersejarah itu, saya bersyukur dapat berbincang dengan Raja Dr. Ida Cokorde Pamecutan XI, cucu sang raja yang mati pahlawan. Saya menyimak pemaparan dari fahaman beliau yang mendalam tentang sejarah hubungan baik kaum muslimin dengan ummat Hindu Bali, terutama dengan wangsa yang memerintah Badung.

Betapa keberanian dan kehebatan para prajurit muslim di medan tempur selama sekian abadlah yang menjadi salah satu inspirasi kegagahan puputan.

Kedatangan saya juga untuk mengapresiasi pembelaan Raja Dr. Ida Cokorde Pamecutan XI pada kaum muslimin di Serangan, Kampung Bugis, Denpasar yang tengah dalam musibah penggusuran. Di usianya yang ke-72, beliau ikut berdiri di tengah desing peluru karet dan tembakan gas air mata, bahkan pengacara beliau terluka. Semoga Allah balas dengan karunia terluhur dari sisiNya bagi beliau.

Hangat dan ramahnya sambutan beliau, meninggalkan kesan mendalam. Alhamdulillah, beliau berkenan menerima hadiah buku ‘Lapis-lapis Keberkahan’ dan ‘Dalam Dekapan Ukhuwah’.


Posted

in

by

Tags: