Nasab dan Pewarisan

Pilihan kata dalam Al Quran selalu menakjubkan.

Ini cerita tentang salah satu keluarga yang dipilih oleh Allah untuk menjadi cermin semesta sepanjang zaman. Keluarga Ibrahim. Setelah penantian yang panjang hingga rambut beruban, kulit keriput, dan tubuh uzur; dari Sarah yang jelita, berdarah bangsawan, lagi cendikia itu kelak Allah mengaruniakan Ishaq. Sebelumnya; Hajar yang kehitaman kulitnya, pendek tubuhnya, ikal rambutnya, dan bekas sahaya telah melahirkan Isma’il. Salam sejahtera dan doa sentausa atas mereka semua.

Tentang akan lahirnya Ishaq; Allah berfirman dalam Surah Al Hijr ayat ke-53; “Sesungguhnya Kami akan beri kabar gembira padamu dengan seorang bocah yang amat ‘ALIM.” Adapun tentang Isma’il Allah firmankan; “Maka Kami berikan kabar gembira pada Ibrahim dengan seorang bocah yang amat HALIM.” Demikian seperti tertera dalam Surah Ash Shaaffat ayat ke-101.

Pilihan kata dalam Al Quran selalu menakjubkan.

Antara ‘ALIM yang jadi sifat Ishaq & HALIM yang jadi sifat Isma’il hanya berbeda 1 huruf. Tetapi sungguh akan menjadi tafakkur mendalam betapa ia adalah karunia yang terpatri menjadi watak bagi para putra kebanggaan ayahnya itu. Bahkan akan menjadi renungan dahsyat bagaimana masing-masingnya terwaris pada kedua garis nasab yang mulia ini.

‘Alim; pandai serta berilmu; menjadi sifat keturunan Ishaq melalui Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, terus hingga ke Zakariya, Yahya, dan juga ‘Isa; pada mereka terhatur shalawat dan cinta. Bahkan juga; keturunan Bani Israil yang banyak ingkar sejak moyangnya hingga hari ini, tetap Allah karuniai kepandaian dan ketekunan dalam ilmu yang menakjubkan. Seakan-akan gerbang pengetahuan dari langit terbuka mencurah-curahkan isinya pada otak mereka yang pintunya juga menganga. Maka tak hanya soal Al Kitab dan Al Hikmah, berbagai-bagai bidang sains yang memberi manfaat maupun madharat bagi manusia, Allah ilhamkan melalui mereka; keturunan Ishaq.

Penegasan tentang “bocah ‘alim” ini diulang lagi dalam Surah Adz Dzaariyaat ayat ke-28; menunjukkan betapa banyak keturunan Ishaq beroleh karunia kealiman.

Adapun Isma’il, hanya sekali dia disebut dengan sifat indah itu; HALIM. Tetapi watak itu mencakup sifat santun, penyabar, tahan menderita, dan pemaaf. Pada diri Isma’il; paling nyata ia tampak dalam kesediaannya tuk diqurbankan. Tak banyak keturunan Isma’il yang menjadi Nabi, tapi satu yang jadi pamungkas cukuplah sudah; Muhammad ShallaLlahu ‘Alaihi wa Sallam. Dialah puncak perwujudan sifat HALIM yang Allah sematkan pada Isma’il; terbaca di sepanjang Sirah-nya.

Di belakang nama orang Arab selalu terderet nama ayah-ayah mereka. Mungkin salah satu hikmahnya adalah identifikasi. Tak cuma identifikasi keturunan siapa. Tapi juga wataknya. Kalau kau ingat bapaknya dulu punya suatu sifat mulia, demikian pula kurang lebih anaknya.

Itulah zaman di mana orangtua benar-benar dituakan oleh anaknya, dan mereka mendapatkan pendidikannya di madrasah yang tanpa libur dan tanpa jeda. Di rumahnya. Tempat di mana mereka belajar bukan hanya dari apa yang terucap, tapi apa yang dilakukan oleh ayah bundanya. Maka orangtua adalah guru yang sebenar-benarnya.

Jadi pertanyaannya; “Apa yang kita siapkan tuk diwariskan pada nama-nama yang menasabkan dirinya sebagai keturunan kita?”

termuat dalam UMMI, November

sepenuh cinta, salim a. fillah


Posted

in

by

Tags: