MENCARI

Konon ada 3 revolusi dalam tata penyebaran pengetahuan. Pertama, kertasnya Ts’ai Lun, menggantikan gulungan bambu yang berat atau lembaran sutera yang mahal. Kedua, mesin cetaknya Gutenberg yang menggantikan jasa para penyalin-hias dengan berlipat hemat. Ketiga, Google, yang meski bukan yang pertama, tapi menguak jalan amat lebar bagi perpustakaan maya tanpa batas.

Sejak Ts’ai Lun (50-121), kasim di Luoyang, istana Dinasti Han Timur itu membuat ramuan kertas dari kulit pohon, serat rami, bubuk kain, dan jaring; Cina memuncakkan peradabannya dengan pencatatan dan penyebaran pengetahuan yang sangat serius.

Ketika Gutenberg (1398-1468) si pandai emas bangkrut, dia mulai membuat acuan huruf logam dengan menggunakan timah hitam untuk membentuk tulisan aksara latin . Pada mulanya, dia terpaksa membuat hampir 300 bentuk huruf untuk meniru bentuk tulisan tangan yang tegak-bersambung. Kemudian dia merekayasa mesin cetak yang bergerak-bergeser. Inilah sumbangan terbesarnya untuk memangkas waktu penggandaan dokumen berribu kali lipat dengan ketelitian konsisten, meski tujuan awalnya adalah untuk mencetak sebanyak-banyaknya surat pengampunan dosa yang dijual Gereja, yang lalu dikecam Luther dengan reformasinya.

Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin saat masih menjadi mahasiswa Ph.D. di Universitas Stanford. Pernyataan misinya adalah “mengumpulkan informasi dunia dan membuatnya dapat diakses dan bermanfaat oleh semua orang”, dan slogan tidak resminya adalah “Don’t be evil”. Google telah menjadi kata kerja yang mewakili “mendapatkan informasi tentang sesuatu seluas-luasnya melalui jejaring internet hanya dengan mengetikkan kata kuncinya.” Alphabet, perusahaan yang kini menaunginya disebut sebagai salah satu institusi paling inovatif di dunia, dan bekerja di Google adalah impian bagi begitu banyak insan cendikia.

Tapi dari Google pula agaknya kita memahami, betapa jauh lebih hebatnya malaikat pengawas yang Allah tugaskan membersamai kita, melampaui pantauan Google terhadap segala aktivitas kita dari yang maya hingga paling nyata seperti pergerakan dan lokasi. Google juga membuka benak untuk tak henti mencari, tapi janganlah ayat agung lalu diganti menjadi, “Fas-aluu Google inkuntum laa ta’lamuun.”

Tetaplah mencari, meniti jalan pengetahuan dengan haus tak bertepi, dengan tetap menjadikan Allah, ilmu, dan guru sebagai pihak yang kita hormati dengan keadaban paling manusiawi.


Posted

in

by

Tags: