Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia turunkan baginya bala’ penyesak dada dan penumpah airmata, agar dapat Dia dengarkan keluh sedunya.
Sebab amat indah hati seorang hamba, yang takut tapi rindu, yang harap tapi malu, dan yang mencinta tapi merasa hina di hadapanNya.
Maka himpunlah semua duka dan galau kita, tumpahkan ia dalam sujud yang lama. Dan rasakan kesyahduan ketika kita luangkan waktu untuk diri, dengan mushaf tergenggam jemari, airmata mengaliri pipi, dan Allah hadir akbarNya dalam hati.
Duka seorang hamba, duka sedalam cinta, seperti diqasidahkan Imam Asy Syafi’i dengan merdu merasuk hati:
صبرًا جميلاً ما أقرب الفرجا
من راقب الله في الأمور نجا
من صدق الله لم ينله أذى
ومن رجاه يكون حيث رجا
“Pada sabar yang jelita, jalan keluar betapa dekatnya. Siapa merasai pengawasanNya, pasti selamat segalanya.”
“Siapa jujur pada Allah takkan digapai bahaya. Dan siapa ber-asa padaNya, dia dapati Allah sesuai harapnya.”
______________
Hanya foto menulis dini hari di Auckland yang sunyi; sebab konon menulis memang “A Lonely Profession.” Difoto diam-diam oleh Tuan Rumah Mas Danung Endarto. Jazaakallaahu khayran atas segala dhiyafah yang luar biasa.?