Setelah batik, kini saatnya kita masyhurkan lurik hingga seluruh dunia melirik. Calon Walikota Yogyakarta no urut 2, Haryadi Suyuti yang memilih lurik sebagai kostum resmi mereka mengatakan, “Lurik mengajarkan kita untuk lurus dan becik.”
Berikut kita kutip liputan Mas Wisnu Nugroho tentang Eyang Habibie yang kini menjadi dressman lurik. “Menurut Habibie yang memelihara kumis setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden, batik tidak lagi dikenakannya karena pemakainya sudah banyak sekali. Batik makin populer terutama sejak resmi dimasukkan dalam 76 warisan budaya tak benda oleh UNESCO tahun 2009.
Pengakuan ini kemudian dijadikan pijakan untuk menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Hari Batik Nasional menjadi momentum kebangkitan kembali batik dan tentunya ekonomi rakyat yang mengusahakannya.
Di Festival Habibie yang dihadiri banyak anak muda dan Habibie menyebut dirinya Eyang, Habibie menjelaskan lurik hijau tua yang dia kenakan dan lurik-lurik lain yang akan terus dikenakannya. Habibie mengaku rela menjadi dressman untuk lurik yang bisa punah karena tidak lagi dikenakan untuk pakaian sehari-hari.
Keinginan membela kain lurik agar tetap lestari dan berkembang didasarkan pada pengalaman Habibie saat pergi ke Yogyakarta dan mencari lurik. Pedagang yang ditanya Habibie menjawab tidak lagi menjual lurik karena pengusahanya sudah bangkrut. Pemakai lurik tidak banyak lagi dan kalau pun ada umumnya orang-orang tua.
Setelah berupaya mencari lurik dengan minta bantuan orang lain dan mendapatkannya, Habibie tidak memakai batik, tetapi bertekad memakai lurik di acara-acara resmi.
Menurut Habibie, jika lurik makin banyak dipakai, sistem budaya dan ekonomi yang menopang lurik, terutama di desa-desa yang jauh, akan hidup dan berkembang. Habibie tidak ingin produk budaya Indonesia yang dicintainya seperti lurik punah, tetapi berkembang dan lestari.
Untuk keinginan menghidupi budaya Indonesia ini, Habibie konsisten melakoni.
Masih banyak dan beragam produk budaya di negeri yang kita cintai ini. Mari kita rawat dan mencintai dengan memberinya tempat di kehidupan kita sehari-hari. Habibie dengan luriknya telah memberi contoh soal ini.”