20 Juli 1825
Api telah menjalar dari Joglo ke bagian Pringgitan dan Gandok, sementara pondok-pondok limasan terpisah yang biasa menjadi inapan para tamu, juga kandang kuda maupun lembu telah terlebih dahulu lenyap terbubung oleh asap. Puri Tegalreja yang megah telah menjelma menjadi nyala merah dan kepulan putih, diiringi suara gemeretak dan gerubyuk hempasan kayu-kayu blandar yang rubuh.
Artileri Belanda masih terus menyalak, melubangi tembok-tembok puri dan mematahkan saka-saka penyangga.
Hanya deretan pohon sawo di halaman puri yang masih tegak terselubung kepulan asap, menyampaikan pesan yang sering diulang-ulang Sang Pangeran, “Sawo jajar… Sawwu shufufakum… Luruskan barisan!”
Bagi penyerbu yang datang dari Loji Residen dan Fort Vredeburg di seberang Keraton itu, serangan mereka telah gagal mencapai tujuan awal. Sang Pangeran yang hendak ditangkap itu terlihat nun jauh semakin ke barat, melintasi pematang-pematang sawah yang basah oleh hujan salah musim. Bagai bangau berbaris, pakaian putih-putih para pengikutnya menggerayap di garis cakrawala.
Masih tampak, namun tak tergapai jangkauan tembak.
Tak terkejar, di atas kuda hitamnya yang kekar, Sang Pangeran mengibaskan jubahnya yang melambai tegar. Tali kekang tampak diikatkan pada pinggang, mempertontonkan kemahiran berkendara yang jarang ada tandingnya. Konon, pelana kulit hias yang menghela duduknya, jauh lebih indah dari milik siapapun di seluruh Kasultanan Yogyakarta. Diapun memindahkan Keris Kyai Abijaya ke sabuk kamus-timang hijau bagian depan dan menghela tombak Kyai Rondhan dengan tangan kanan.
Kyai Gentayu berjingkrak, menaikkan kaki depannya sambil meringkik riang dan sesekali melonjak. Surainya berkibar terentak selaras dengan tapak-tapaknya yang berkecipak. Dengan kepala mendongak, sang penunggang tetap dapat duduk tegak. Lelaki berperawakan tinggi lagi kacak itu tampak seperti sedang menari tandak. Gerak tubuhnya melenggak sesuai lenggok tunggangannya yang rancak. Di sekeliling kuda yang menjejak-jejak, para pengawalnya seirama berlari hingga tombak-tombak di tangan mereka turut meliuk bagai pusaran ombak.
______
Koko #SangPangeran dari Fullheart.