KEKASIH

Ketika Malaikat Maut mendatanginya, demikian dikisahkan Hujjatul Islam Al Ghazaly dalam Ihya’ ‘Ulumiddin, Ibrahim ‘Alaihissalam bertanya, “Tanyakan pada Rabb kita ‘Azza wa Jalla, adakah Kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihNya?”

Maka Malaikat Maut memghadap Allah dan Diapun berfirman, “Katakan pada Ibrahim: Adakah kekasih yang tak ingin berjumpa dengan Kekasihnya?”

Ketika hal itu disampaikan kepada Ibrahim ‘Alaihissalam, maka berkatalah beliau, “Ambillah nyawaku sekarang juga!”

Seorang tokoh yang agaknya berlebihan dalam mengkhawatirkan kebablasannya kaum muslimin dalam memuliakan Nabi ﷺ pernah mengatakan, “Sesungguhnya ziarah ke kubur Nabi ﷺ tidak termasuk rukun, wajib, ataupun sunnah haji. Saya pernah 12 tahun tinggal di Madinah, dan tak sekalipun melakukan ziarah.”

“Aduhai”, tanggap seorang ‘Alim dari Jawa, “Itu bukan dia yang tak mau ziarah. Adalah Nabi ﷺ yang tak ingin diziarahi olehnya. Memang ziarah ini bukan termasuk sunnah haji, wajib haji, ataupun rukun haji. Tapi ia adalah rukun cinta, wajib cinta, dan sunnah cinta. Mana ada pencinta yang tak ingin mengunjungi yang dicintainya?”

من زارني بعد مماتي فكأنما زارني في حياتي

“Siapa yang menziarahiku sesudah kematianku, maka seakan dia mengunjubgiku di kala hidupku.” (HR Ad Daruquthny)

Syaikh Samiy ‘Abdullah Al Maghluts, penyusun Atlas Sejarah Al Quran dan Atlas Sirah Nabawiyah itu merinci Adab Ziarah kepada Nabi ﷺ sebagai berikut:

1) Meniatkan ziarah ke Masjid Nabawi yang mulia, sebab tidaklah ditekankan memayahkan diri untuk rihlah melainkan menuju tiga Masjid suci.

2) Memasuki Masjid Nabawi dengan adab-adab dan doanya.

3) Mengupayakan agar dapat menunaikan shalat sunnah dan berdoa di Raudhah Asy Syarifah.

4) Keluar dari Raudhah dan berbelok ke kiri menuju Rumah Nabi ﷺ, tempat beliau berbaring bersama dua sahabatnya yang agung.

5) Menghadap ke arah makam beliau ﷺ dengan tunduk dan hormat, lalu mengucap salam kepada beliau: “Assalamu’alaika Ya Rasulallah, wa rahmatullahi wa barakatuh.” Boleh jika ingin menambah, “Shallallahu ‘Alaika wa ‘Ala Alika wa Ashhabika, wa jazakallahu ‘an ummatika khairan. Allahumma atiihil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqamam mahmudanilladzi wa’adtah.”

6) Bergeser sedikit dan beruluk salam kepada sahabatnya Ash Shiddiq yang setia, “Assalamu’alaika Ya Aba Bakr warahmatullahi wa barakatuh. Radhiyallahu ‘anka wa jazakallahu ‘an ummati Muhammadin ﷺ khayra.”

7) Berlanjut kepada sahabatnya Al Faruq yang perkasa dan mengucapkan, “Assalamu’alaika Ya ‘Umar warahmatullahi wa barakatuh. Radhiyallahu ‘anka wa jazakallahu ‘an ummati Muhammadin ﷺ khayra.”

8) Keluar melalui Pintu Baqi’ dan berziarah ke Baqi’ Al Gharqad jika memungkinkan sesuai dengan Adab Ziarah Kubur dalam Sunnah Shahihah.

Karena cinta, insan melakukan tindakan-tindakan luar biasa. Ya, bukti utama cinta adalah ittiba’ padanya, mengikuti sunnahnya. Tapi lebih dari itu pula, hati takkan dapat dicegah untuk merindu, bersyahdu, berdekat-dekat, menghormat, dan berkorban baginya.

Seperti Mu’adz ibn Jabal yang tak dicegah ‘Umar untuk menangis di sisi kubur Rasulullah ﷺ, seperti Abu Sa’id Al Khudzri yang menempelkan kepalanya di sana semalaman, seperti Sultan ‘Abdul Hamid II dari Daulah ‘Utsmaniyah yang dicatat dalam sejarah melakukan hal yang mengesankan.

Beliau memerintahkan agar rel kereta api Hijaz dalam jarak 20 KM dari Madinah kesemuanya diberi bantalan kapas tebal. Agar apa? Supaya getaran dan suara derunya tak mengganggu Sang Kekasih ﷺ.

 

14519795_1103761339716984_2870952240464623816_n


Posted

in

by

Tags: