Apa takaran kebaikan seorang anak? Pertama, kesucian jiwa (زَكَاةً). Kedua, mendalam kasih-sayangnya pada kedua orangtua (أَقْرَبَ رُحْمًا). Dua hal ini yang Allah Ta’ala nyatakan untuk menunjukkan kebaikan anak yang kemudian Allah anugerahkan. Di dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa anak tersebut perempuan yang kelak menikah dengan seorang Nabi dan darinya lahir pula seorang Nabi. Wallahu a’lam bish-shawab
فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا
“Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).” (QS. Al-Kahfi, 18: 81)
Hal penting bagi orangtua dan pendidik dari ayat tersebut, ada 2 hal yang perlu kita upayakan dan tidak merusaknya. Jika anak-anak dibiarkan menonton apa saja karena menganggapnya sebagai tuntutan zaman, adakah ini akan menjaga kesucian anak? Begitu pula jika kita mengajarkan kegembiraan dengan cara yang tidak syar’i, semisal agar mereka belajar dengan cara menyenangkan, adakah ini akan menjaga kesucian jiwa mereka? Kesucian jiwa akan membawa anak lebih mendalam kasih-sayangnya pada kedua orangtua. Mereka akan lebih ringan untuk melakukan apa yang diharapkan dan dimuliakan oleh orangtuanya. Boleh jadi apa yang disukai orangtua bukanlah apa yang paling diminati anak, tetapi mereka ringan melakukannya disebabkan besarnya kasih-sayang kepada kedua orangtua.
Ada seorang dokter, sampai jenjang yang tinggi kepakarannya. Bukan sekedar dokter spesialis. Padahal bukan itu bidang yang disukai. Lalu mengapa ia memilih kuliah kedokteran? Karena sangat ingin membahagiakan orangtua. Bukan itu bakatnya, bukan itu pula passionnya, tetapi tak ada rasa berat dalam dirinya dan tidak pula ia terpaksa untuk belajar kedokteran dengan sungguh-sungguh. Bukankah itu pula yang kita dapati pada Imam Syafi’i rahimahullah ta’ala? Syair minat dan bakatnya, tetapi ushul fiqh kepakarannya.
__________
Mas Nawwaf Muharrik Fillah yang kian tumbuh. Allaahummaj’alhu shaalihan kaamilaa, wa ‘aaqilan haadziqaa, wa ‘aaliman ‘aamilaa.