“Allah telah menurunkan air dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari logam yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada pula buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS Ar Ra’d: 17)
Mereka yang palsu akan dipisahkan dari yang sejati di hari bertarungnya kebenaran dan kebatilan. Buih akan tersangkut di berbagai benda, kekayuan maupun bebatuan yang menghalangi laju air. Buih akan mengambang lalu hilang di tungku peleburan logam.
Hukum baja sejarah berlaku, hanya yang bermanfaat yang akan tetap kuat, hanya yang berfaidah yang akan tetap gagah, hanya yang berguna yang akan tetap dicinta.
Seperti air yang turun dari langit, demikianlah kiranya ilmu yang bermanfaat menghidupkan hati-hati manusia sesudah matinya. Begitu pula ‘amal shalih yang ditegakkan di atas ilmu, bagaikan logam mulia dan baja menghias serta menguatkan pemiliknya. Dan semua itu diawali oleh sebuah keluarga kecil yang yakin, taat, bertawakkal, dan merasa berhajat pada karunia Allah.
“Duhai Rabb kami, sungguh telah aku tempatkan sebagian keturunanku di lembah tak bertanaman, di sisi rumahMu yang dihormati. Duhai Rabb kami, agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia merundukkan cinta pada mereka, dan karuniakanlah kepada mereka rizqi dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim: 37)
Tujuan agung keimaman Ibrahim adalah agar manusia menegakkan ibadah hanya kepada Allah. Maka para pelopor ketaatan itu, keluarga dan anak turunnya dia minta agar dijadikan kecintaan ummat manusia. Demikianlah kiranya karena mereka dicintai Allah, maka Allah panggil Jibril dan memberitahukan serta memerintahkannya untuk turut mencintai, lalu diikuti segenap penduduk langit, dan akhirnya penduduk bumi pun turut mencintai mereka.
Salah satu syarat agar dicintai insan adalah dengan tidak menginginkan sesuatu dari mereka. Maka doa itupun mengandung pinta agar dicukupkanlah rizqi mereka dari karunia Allah Yang Maha Kaya, lalu mereka dapat mensyukuri dengan memujiNya, menggunakannya dalam ketaatan, serta membaginya kepada sesama.
Setelah keadilan, hakikat keimaman adalah manfaat bagi ummat. Maka Allah menggaungkan panggilan Ibrahim untuk berhaji tak henti-henti hingga hari ini, dengan berjalan kaki dan berada di atas tunggangan kurus, datang dari lembah-lembah yang jauh, agar manusia menyaksikan manfaat bagi mereka.
“Agar supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka..” (QS Al Hajj: 28)
(Bersambung)
