Keimaman sejati itu melintasi ruang dan waktu dalam penghayatan iman para hamba yang shalih dan teladan dalam ‘amal ketaatan. Maka nilai seorang imam yang sedemikian adalah satu ummat yang utuh meski dia sendirian di tempat dan waktu hidupnya.
.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah satu ummah, yang tunduk patuh kepada Allah dan lurus lagi senantiasa merunduk pada kebenaran. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (QS An Nahl: 120)
.
Sifat “qanit” yakni tunduk patuh kepada Allah, dan “hanif”, yakni lurus lagi senantiasa merunduk kebenaran, adalah dua sikap yang tanpa mempedulikan jumlah membuat Ibrahim dinilai sebagai satu ummat yang sempurna dan dibanggakan Allah sepanjang zaman.
.
Semua itu berasal dari hati yang ikhlas kepada Allah. Anugerah Allah berupa keikhlasan, membuat syaithan tak sanggup hinggap, Allah ridha, bagian pahala sempurna, dan makhluq-makhluq pun turut mencinta. Menarik sekali permohonan Ibrahim pada Rabbnya:
.
“Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang terkemudian.” (QS. Asy Syu’ara: 84)
.
Apa itu buah tutur yang baik? Bukan hanya pujian, melainkan peneladanan serta doa-doa kemuliaan yang selalu terlantun baginya. Jadilah dia terpuji di langit dan bumi, teladannya menggema menembus. Atas ruang dan masa, dan doa-doa kebaikan baginya diunjukkan sepanjang sejarah para hamba.
.
“Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.” (QS Maryam: 50)
IBRAHIM (3)
by
Tags: