Ada bagian tubuh yang tak bisa kita lihat tanpa kebeningan cermin. Ada bagian jiwa yang tak bisa kita fahami tanpa persaudaraan di jalanNya.
.
Adalah Nabi ﷺ bersabda, “Al mukmin mir-atul mukmin. Mukmin itu cermin bagi sesama mukmin.”
.
Apa arti cermin? Apa yang kita lakukan ketika bercermin?
.
Yakni, ketika kita mendapati ada yang tak beres pada bayangan di dalam cermin, maka justru diri kita sendirilah yang pertama-tama harus dibenahi. Ketika kita melihat sesuatu yang tak patut pada saudara kita, diri kitalah yang mesti lebih dulu diperiksa, jangan-jangan ia lebih parah hakikatnya.
.
Maka dengan selalu berkaca; jika merasa suci, curigailah jangan-jangan itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika merasa besar, curigailah bahwa hati sedang bengkak. Jika merasa tinggi, curigailah bahwa kita sedang melayang kehilangan pijakan. Dan jika merasa wangi, curigailah ia asap dari ‘amal shalih yang hangus dibakar riya’.
.
Adalah Musa ‘Alaihissalam, pandai bercermin hingga mengetahui kelemahan dirinya. Maka dia minta pada Allah seorang saudara agar diutus tuk jadi pendukungnya.
.
.
“Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lisannya daripadaku. Maka utuslah dia bersamaku, sebagai penyokongku, untuk membenarkanku. Sungguh aku takut mereka akan mendustakanku.” (QS Al Qashash: 34)
.
Sementara di seberang sana, tahukah kita apa yang membuat Fir’aun terjangkit waham merasa diri sebagai Tuhan? Konon menurut sebuah hikayat canda, itu gara-gara dia tak suka bercermin dan sering pipis sembarangan.
.
Iya, dia buang air kecil tanpa adab tak tahu tempat; kadang di balairung, di selasar istana, bahkan di singgasana. Saat itulah para dayang dan punggawa akan berseru kepadanya, “Ya Tuhaaaannnn.. Apa yang kamu lakukan?”
.
Inilah ge-er tingkat tuhan.?
CERMIN #MNCRGKNSKL
by
Tags: