(Ditulis dalam pembuangan di Manado, 1831-1832)
Naskah asli dalam tulisan Arab Pegon; bagian awal ditembangkan dengan serat MIJIL:
//sun amedhar suraosing ati/ atembang pamiyos/ pan kinarya anglipur brangtane/ aneng Kitha Manadhu duk kardi/ tan ana kaeksi/ nging sihing Hyang Agung//
//mapan kathah kang karesing galih/ ing tingkah kadudon/ pan mangkana ing tyas pangasthine/ kaya paran solah ingsun iki/ yen tan ana ugi/ apura Hyang Agung//
//lara wirang pan wus sun lakoni/ nging panuhuning ngong/ ingkang karilan kang dhingin kabeh/ kulawarga kang ngesthokken yekti/ mring Agama Nabi/ oleh apitulung//
TERJEMAH:
“Aku tuangkan perasaan sukmaku, dalam irama Mijil yang gundah. Disusun untuk menghibur hasrat jiwaku, di Kota Manado-lah penulisannya. Tanpa disaksikan siapapun, hanya karena kasih sayang Allah Yang Maha Agung.”
“Banyak nian yang terasa di hati, tentang segala kejadian tak menyenangkan di masa lalu. Makanya sekarang hatiku berketetapan. Duhai akan jadi apa segala perbuatanku, sekiranya tiada ampunan dari Allah Yang Maha Agung.”
“Telah kualami derita dan malu, tapi aku senantiasa memohon, agar dapat ridha atas segala yang telah terjadi. Dan sungguh-sungguh kuwasiatkan, agar keluargaku benar-benar memegang teguh agama Nabi, hingga beroleh pertolonganNya.”
___________
Kangmas Roni Sodewo, keturunan ke-7 dari Sang Pangeran yang sejak lebih dari 8 tahun lalu bertungkuslumus menghabiskan tenaga, waktu, dan dana demi mencari dan menghimpun saudara-saudaranya. Bukan pekerjaan mudah, terlebih karena hampir satu setengah abad jalur keturunan ini dicap sebagai pemberontak, diburu, diasingkan, disembunyikan, dan tentu demi keselamatan dan ketenteraman memilih menutup rapat silsilahnya.
Kehormatan bagi @fullheart.corp dan @fullheart_katalog menghadiahkan baju koko seri Dipanegara untuk beliau kenakan.
Langgani Channel Youtube beliau untuk berbagai pembahasan dari Babad Dipanegara dan serba-serbi sejarah menariknya: https://youtu.be/wLR1XG-mXr8