ANTARIKSA

Percayakah kita, bahwa manusia memang pernah mendarat di bulan?

Yang menonton film ‘Minions’ pasti ingat sindiran itu; ketika Kevin, Bob, dan Stuart melintas di sebuah studio, di mana 2 astronot diambil gambarnya sedang melangkah di atas permukaan menyerupai tanah berwarna keputihan.

Tapi mari kesampingkan dulu soal tadi. Memang sejak dulu, banyak orang Amerika sendiri yang mencibir proyek-proyek antariksa NASA. Berpuluh tahun milyaran dolar dibuang ke luar angkasa tanpa hasil nyata yang bisa dinikmati manusia, kata mereka.

Tapi seorang profesor terkemuka dari Carnegie-Melon University yang mati muda karena kanker pankreas, Randy Pausch, memberi catatan menarik dalam kuliah terakhir menjelang wafatnya yang dibukukan dan difilmkan dengan tajuk “The Last Lecture.”

“Yang telah diberikan NASA kepada anak kecil seusiaku saat itu adalah sebuah WOW”, ujarnya. “Kita bisa ke bulan. Kita bisa menjelajahi langit yang penuh bintang. Inspirasi seperti itu telah menggerakkan berjuta anak Amerika, bahkan seluruh dunia untuk mencapai apa yang mereka capai sekarang. Ya, harganya milyaran dolar. Tapi itu sangat sebanding dengan jutaan anak yang bisa bermimpi dan berjuang mewujudkan mimpi mereka.”

Baginya, yang mercusuar diperlukan untuk memandu masa depan.

Agaknya saya punya harapan serupa bagi anak Indonesia, dalam bentuk yang lebih sederhana. Ada beberapa hal yang saya garis bawahi, misalnya:

1) Mendudukkan ‘alim, faqih, hafizh, dan hamilul quran Nusantara sebagai Imam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

‘Ulama Nusantara punya sejarah kedudukan terhormat di Tanah Suci. Syaikh Muhammad Nawawi Al Bantani, Syaikh Ahmad Khathib Al Minankabawy, dan Syaikh Junaid Al Batawy yang menjadi Imam Masjidil Haram, hingga para khathib, pengajar, dan penulisnya yang penuh dedikasi seperti Syaikh Mahfuzh At Tarmasy, Syaikh ‘Abdush Shamad Al Falimbani, Syaikh Khathib Sambas, Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari, Syaikh Baqir ibn Nur Al Juqjawi, Syaikh Abdul Ghani Bima, Syaikh Nahrawi Al Banyumasi, dan puluhan nama lain hingga masa akhir Syaikh Muhammad Yasin Al Fadani.

Tentu memang saat ini Kerajaan Arab Saudi mengatur agar yang menjadi Imam di Haramain hanya yang berstatus warga negaranya sahaja. Tetapi di masa depan, kita dapat berharap ada perubahan. Selain Arab, komunitas muslim dunia yang terbesar kini justru berbahasa Urdu dan Indonesia-Melayu.

2) Mendorong dihidupkannya kembali riset-riset strategis negara, atau mendukung anak bangsa yang berkiprah di dalamnya. Industri pesawat terbang, kapal, teknologi persenjataan, dan potensi-potensi senada yang selama ini sudah pernah berkilau perlu mendapat perhatian lebih.

3) Menampilkan sebanyak-banyak profil insan Indonesia berprestasi yang tampil di pentas global maupun nasional; dari ilmuwan peneliti hingga pengusaha, dari pemimpin strategis hingga para innovator muda dan kreator yang berintegritas.

4) Menggali sejarah maupun memproyeksi masa depan lalu menjadikannya proyek kebudayaan yang populer melalui novel hingga perfilman untuk membangkitkan rasa bangga, cita-cita, serta etos anak bangsa.

Nah, Shalih(in+at) dapat menambahkan banyak hal lagi. Lalu mari kita bertekun-tekun dalam bidang yang dapat kita jangkau. Selamat berjuang, Indonesia. Salam hormat dari Modul Apollo di California Science Center.

 

Posted

in

by

Tags: