Benteng Takamatsu di wilayah Bitchu, kini termasuk Prefektur Okayama, yang dipertahankan Shimizu Muneharu di bawah panji Marga Mori, penguasa wilayah Jepang Barat itu memang sangat kukuh.
Mori Terumoto telah mengirim pasukan bantuan 6 kali lipat kekuatan pasukan Hideyoshi, -saat itu masih menggunakan marga Hashiba-, sang penyerbu. Oda Nobunaga juga telah memerintahkan 6 panglima terhebatnya membantu Hideyoshi; menjadikan medan Takamatsu pertaruhan terbesar dua orang paling berkuasa di Jepang itu.
Tapi kemacetan pertempuran goyah pada musim hujan 1582 itu. Hideyoshi tetiba memerintahkan pembangunan bendungan mengelilingi kastil kokoh yang seperti tak hendak menyerah setelah berbulan-bulan dikepung itu. Seperti diduga, tak lama kemudian arus beberapa sungai dibelokkan memasuki tanggul. Istana Benteng Takamatsu sepenuhnya terkepung air.
Kuroda Kanbei dan Takenaka Hanbei, dua penasehat andal di belakang Hideyoshi yang merancang taktik itu. Taktik tak lazim tentu. Karena justru paduan angin dan api yang biasanya lebih cepat dan lebih telak dipakai mengalahkan musuh. Air memerlukan sumberdaya jauh lebih besar untuk mengaturnya jadi sahabat, apalagi mengarahkannya untuk jadi kekuatan penghancur musuh.
Di tengah suasana dramatis pengepungan, Hideyoshi menerima kabar kilat; Nobunaga gugur dalam pengepungan si pengkhianat Akechi Mitsuhide di kuil Honno-Ji, Kyoto. Dia harus segera kembali ke Kyoto secepatnya. Maka dalam beberapa jam, Kanbei sang diplomat segera harus bisa membujuk Shimizu Muneharu untuk menyerah. Ya. Dan Muneharu pun dipaksa mengakhiri hidupnya dengan seppuku di atas perahu yang ada di genangan kepungan, di bawah tatapan masygul Hideyoshi.
Ishida Mitsunari adalah administratur terbaik pada zamannya, dan menjadi tangan kanan Hideyoshi. Pada pengepungan Oshi, salah satu benteng di bawah Marga Hojo yang dipertahankan Narita Nagachika hanya bersama 500 samurainya dia mencoba siasat yang sama dengan atasannya. Tentu kisahnya menjadi lain, karena Mitsunari yang membawa 20.000 prajurit tertahan berbulan-bulan oleh kegigihan lawan yang berjumlah jauh lebih kecil. Kisah ini bisa kita simak dalam novel Ryo Wada yang berjudul ‘The Floating Castle’ (のぼうの城 Nobō no Shiro) yang difilmkan oleh Sutradara Shinji Higuchi dengan tajuk sama pada tahun 2012.
___________
Beberapa hari lalu di Okayama, kastil yang berbeda namun sewilayah dengan Takamatsu-Bitchu di masa itu. Berfoto dengan Yoroi ini, aneh juga mengapa Kabuto (pelindung kepala) yang saya pakai justru mirip milik Date Masamune dari Sendai.?