Alhamdulillaah, pagelaran wayang kulit “Dipanegara Kridha” di Masjid Jogokariyan Yogyakarta semalam berlangsung lancar. Jazaakumullaahu khayran terhatur kepada Kangmas Roni Sodewo selaku Ketua Patra Padi (Paguyuban Trah Pangeran Dipanegara) atas segala dukungannya, juga Ki Dalang Catur Benyek Kuncoro beserta para awak, Takmir Masjid Jogokariyan, Yayasan Mandat Mataram, dan segenap hadirin-hadirat yang ternyata betah menyimak hingga selepas tengah malam.
//
selarong, gua hira tanah jawa
kahfi sriti, jabal tsurnya nusantara
hutan-hutan yang sunyi dan singup telah kausemarakkan sejak tegalreja dibakar
dengan berdirimu di malam, sujudmu yang dalam
lalu kyai maja membacakan ikrar bai’at
bersama berribu ‘ulama dan santri-santri taat
bersetia membangun luhurnya Islam dengan jihad..
.
kau ingkang sinuhun kangjeng sultan abdul hamid..
kau herucakra kabirul mukminin khalifatu rasulillah..
kau sayidin ratu paneteg panatagama..
.
dukamu cintamu menyatu meledak bersama kepul debu kyai gentayu
ketika tali kekang kau ikat ke pinggang
bersama turkiya arkiya bulkiya kudamu menerjang
dan jubah putih yang menzamrudkan surban hijau mengafani dua ratus ribu nyawa..
.
bangkrutlah batavia, tewas lima belas ribu serdadunya, amsterdam dicekau galau, dan tanpa kautahu belgiapun merdeka..
.
dukamu cintamu menyatu meledak bersama kepul debu kyai gentayu
bahkan ketika kepungan musuh kian rapat
medan yang membentang dari banyumas hingga malang dengan 200 benteng disekat-sekat
dan para senapati pahlawanmu satu-persatu gugur atau layu
kau masih seberangi praga dan bagawanta
berkelana dalam kejaran sepuluh kesatuan raksasa
dicekik malaria hanya ditemani dua panakawan setia
mengunyah akar-akaran dan menjolok buah masam..
.
duhai hijrah, apa yang dulu kautinggalkan untuk memilih jalan ini
sebuah puri dengan ratusan pelayan dan 70 pekatik pengurus kuda-kuda
taman dan perbendaharaan juga tanah jabatan dengan kawula setia mencinta
sawah-sawah yang menghasilkan ribuan pikul beras sekali panen
kereta mandrajuwala yang membuat semua pangeran lain melirik cemburu
dan tentu, takhta yang berulangkali ditawarkan ayahmu..
//
Cuplik Puisi: Duka Sang Dipa Sedalam Cintanya Pada Negara