HUJAN telah TURUN

Hujan telah turun. Membangunkan tunggak-tunggak rumput dan lalang di padang hibernasinya. Geliatnya menghijau seluas cakrapandang. Tak menunggu mentari tinggi, serombongan domba wol bagai kafilah ihram berbaris riang. Putih. Anggun. Disela embikan panjang-pendek, mereka bertasbih memuji Allah, “Hai anak Adam, Allah telah menurunkan pakaian untuk kalian…”
.
Hujan telah turun. Mengkuyupi ladang-ladang kapas di dataran. Putih. Menguncup dan malu-malu melambai. Semusim. lalu petaninya berseru pada sang istri yang sibuk dengan pintalannya, “Allah telah menurunkan kepada manusia, pakaian untuk menutup aurat mereka…”
.
Hujan telah turun. Menerbitkan titik bening di pucuk-pucuk murbei. Tak lama. Daun-daun itu mengerjap dan bertumbuh malu-malu. Dan ulat-ulat sutera riang mengunyahnya sambil bertasbih memuji Allah, “Allah telah menurunkan pakaian yang indah untuk perhiasan…”
.
Hujan telah turun. Sebagaimana firmanNya turun mewajibkan mukminat menutup aurat. Lalu wanita-wanita Madinah, istri dan para putri sahabat Rasulullah ﷺ yang pertama-tama mendengarnya. Mereka segera menyambar kain-kain di dekatnya untuk melengkapi kekurangan pakaiannya, menjadikannya kerudung, mahkota yang juntainya sampai ke dada. Dalam senyum mereka bergumam, “Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik…”
.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian tuk menutupi aurat kalian dan pakaian yang indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang terbaik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al A’raf: 26)


Posted

in

by

Tags: