“Ilahi.. Anta Maqshudi. Wa Ridhaka Mathlubi. Duhai sesembahanku, Engkaulah tujuanku. Dan ridhaMulah yang kuburu.”
.
Hari-hari ini setahun lalu di tanah suci, sering terdenging di telinga syiar di atas dari mereka yang berhaji. Indah sekali. Dan terkenanglah kita akan sebuah kisah yang jadi renungan tersendiri.
.
Suatu hari seorang lelaki menemui Syaikhuna Haji ‘Abdul Malik ibn ‘Abdil Karim Amrullah, rahimahullah. Kepada Buya Hamka, dengan gemas menggebu dia bercerita.
.
“Subhanallah Buya”, ujarnya. “Sungguh saya tidak menyangka. Ternyata di Makkah itu ada pelacur, Buya. Kok bisa ya Buya? Ih. Ngeri.”
.
“O ya?”, sahut Buya Hamka. “Saya baru saja Los Angeles dan New York itu. Dan masyaallah, ternyata di sana tidak ada pelacur.”
.
“Ah, mana mungkin Buya! Di Makkah saja ada kok. Pasti di Amerika jauh lebih banyak lagi!”
.
“Kita memang hanya akan dipertemukan”, tukas Buya dengan senyum teduhnya, “Dengan apa-apa yang kita cari.”
.
Jleb.
.
Meski pergi ke Makkah, tapi jika yang diburu oleh hati kita memang adalah hal-hal buruk, syaithan dari golongan jin maupun manusia takkan kekurangan cara untuk membantu kita mendapatkannya. Dan meski safarnya ke Los Angeles dan New York, jika yang dicarinya adalah kebajikan, maka segala kejelekan akan enggan dan bersembunyi.
.
Maka mari mengisi hati kita dengan prasangka baik, harapan baik, keinginan baik, dan tekad untuk menjadi lebih baik.
.
Sebab jika hati senantiasa berniat baik; Allah akan pertemukan kita dengan hal yang baik, orang-orang baik, tempat yang baik, atau setidaknya peluang dan kesempatan berbuat baik.
______________
Di antara penjaga dalam safar adalah kawan perjalanan yang baik. Jazaakumallaahu khayran Ustadzana Abdullah Sholeh Hadrami dan Tuan Guru Dr. Musthafa ‘Umar telah menjadi mata air yang menghanyutkan kami si debu nan #mncrgknskl ini dalam arus kebaikan antuma dan mencegahnya dari memperturutkan hawa nafsu hinanya.