SERBA Salah USTADZ

Jadi Ustadz itu serba salah.

Jikapun miskin, salah. Sesekali, ada saja yang berkata, “Wah, ndak bener itu. Harusnya ngurusin akhirat dunianya juga harus dapat.” Seandainya kaya, juga salah. “Ah, kalau nggak jualan agama, jualan ayat-ayat; ya nggak bakal bisa banyak harta.”

Jadi Ustadz itu serba salah.

Jikapun hanya mengajar, salah. Sesekali, ada saja yang berkata, “Jangan sampai dong mengharap-harap rizqi hanya dari ilmu yang diajarkan.” Jikapun berbisnis, juga salah. “Ustadz kok malah sibuk jualan! Kan jadi nggak sempat membimbing ummat!”

Jadi Ustadz itu serba salah.

Ada guru kita yang menyebut ketentuan tertentu bagi pengundang ceramahnya, salah. Sesekali, ada saja yang berkata, “Wah, komersil banget itu Ustadznya! Dakwah kok bertarif! Nggak ikhlas!” Ada yang tak pernah sebut angka, salah juga. Karena panitianya ada yang berpikiran, “Wah kalau artis itu harus pesawat kelas bisnis hotel bintang lima. Ustadznya mah pakai kereta sama nginap di rumah panitia nggak apa.”

Wkwkwk… Jangan terlalu diseriuskan ya. Dan bukan pula curcol kok. Hanya itu. Tampil ganteng salah, dikira ganjen. Tampil jelek juga salah, bikin pengajian sepi. Nikah satu salah, disebut penakut. Nikah lebih dari satu juga salah, dianggap menuruti hawa nafsu. Ups. Tapi ini yang paling penting hendak disampaikan kali ini; tidak memiliki pilihan politik, salah. Jika memilih, jauh lebih salah. Ustadz kok berpolitik?

Padahal hatinya tahu di manakah yang baik, mana pula yang lebih baik. Padahal nuraninya berbisik, mana yang buruk dan mana yang lebih buruk. Di mana akan dia amalkan amr bil ma’ruf dan nahy ‘anil munkar kalau dia tak berpihak, padahal hakikat pertarungan haq dan batil selalu berjalan?

Ya. Kita pernah ditakut-takuti, kalau agama dibawa ke politik maka ummat akan terpecah, tercabik, hancur. Lalu dituduhkan akan ada wahabisasi, tahlil yasin dihapus, minoritas ditindas. Misalnya dalam pemilihan Gubernur DKI. Tapi setelah Gubernur yang direkomendasikan ‘Ulama terpilih; apakah fitnah dan tuduhan terjadi?

Tidak kok.

Maka mari santai saja kalau ada Ustadz dan Pemuka Agama mengemukakan pilihannya dalam Pilpres misalnya. Tidak mungkin dia lalu tidak mau menyampaikan ilmu pada yang berbeda pilihan. Tidak akan dia mendoakan yang jelek-jelek bagi yang berbeda pilihan. Dan insyaallah takkan terjadi hal-hal yang dipertakutkan dengan cover ‘politisasi agama’. Sudah terbukti di DKI.

Jadi, jari saya aman ya? Jadi nomer kereta gantung saya aman ya? ? Kita tetap bisa saling cinta walau beda pilihan kan ya? Luv yu all, mmmuaachh


Posted

in

, , ,

by