Category: Rajutan Makna

  • Tiga Gunung: Prolog ‘Lapis-lapis Keberkahan’

    Dua gunung yang pertama; Akhsyabain julukannya. Seperti sebutan itu pula wujudnya; dua yang kokoh, pejal, dan keras. Bagai mempelai pengantin, keduanya menjulang tinggi dengan gagah dilatari pelaminan langit. Cahaya mentaripun melipir ketika bayang-bayangnya jatuh di hamparan pasir. Dinding gunung-gunung ini cadas berrona merah, menyesak ke arah Thaif dan Makkah. Angin gurun yang sanggup menerbangkan kerikil,…

  • Dua Telaga {Prolog untuk Dalam Dekapan Ukhuwah}

    Telaga itu luas, sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Di tepi telaga itu berdiri seorang lelaki. Rambutnya hitam, disisir rapi sepapak daun telinga. Dia menoleh dengan segenap tubuhnya, menghadap hadirin dengan sepenuh dirinya. Dia memanggil-manggil. Seruannya merindu dan merdu. “Marhabban ayyuhal insaan! Silakan mendekat, silakan minum!” Senyumnya lebar, hingga otot di ujung matanya…

  • Rumah Sejati Kita

      وَالأَصْلُ فِي الْمَبْنِيِّ أَنْ يُسَكَّنَا Asal dalam kemabnian ialah dihukumi sukun. Ibn Malik Al Andalusy, Alfiyah: Bait XXI   Ketika Jamaluddin ibn ‘Abdillah ibn Malik Ath Thay menyusun seribu bait syair menyejarahnya, tujuan beliau adalah untuk menghimpun semua Kaidah Nahwu (Tata-Susun) dan Sharaf (Tata-Bentuk) Bahasa Arab; menjelaskan berbagai kerumitan dengan bahasa yang ringkas, padat,…

  • Doa Empat Ribu Tahun

    “Ya RasulaLlah”, begitu suatu hari para sahabat bertabik saat mereka menatap wajah beliau yang purnama, “Ceritakanlah tentang dirimu.” Dalam riwayat Ibn Ishaq sebagaimana direkam Ibn Hisyam di Kitab Sirah-nya; kala itu Sang Nabi ShallaLlahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab dengan beberapa kalimat. Pembukanya adalah senyum, yang disusul senarai kerendahan hati, “Aku hanyasanya doa yang dimunajatkan Ibrahim,…

  • Menulis, dari Makna hingga Daya

    kata-kata kita menjelma boneka lilin saat kita mati untuk memperjuangkannya kala itulah ruh kan merambahnya dan kalimat-kalimat itupun hidup selamanya -Sayyid Quthb- Menulis adalah mengikat jejak pemahaman. Akal kita sebagai karunia Allah ‘Azza wa Jalla, begitu agung dayanya menampung sedemikian banyak data. Tetapi kita kadang kesulitan memanggil apa yang telah tersimpan lama. Ilmu masa lalu…

  • Menjaga, Menata, lalu Bercahaya

    Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan  menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci. Tapi bagaimanapun, ia merasa…