USAH Kau Kenang LAGI

Para penyeksama karya Abang Ikal Andrea Hirata pasti akan segera mengingat bahwa “Usah Kau Kenang Lagi” adalah nama sebuah Warung Kopi asuhan Sang Paman. Di sinilah Makcik Maryamah Karpov menggulung kedigdayaan bekas suaminya, Matarom, dalam duel catur paling mendebarkan sepanjang sejarah Melayu Belitong.

Dan kitapun tahu seperti apa kesan warung kopi dalam peradaban Melayu; tempat bersia-sia menghabiskan waktu, berbual berjam-jam tanpa malu, bermain kartu, bertanding catur, merokok, bergunjing, dan mengurutkan daftar kejelekan pemerintah. Ke warung kopi sebelum bekerja agar terlambat masuknya, ke warung kopi saat makan siang menunggu waktu jam pulang saja, dan ke warung kopi selepas petang agar tak perlu tahu rumah centang perenang dan PR anak belum dikerjakan.

Warung Kopi adalah yang paling patut disalahkan atas jalan di tempatnya peradaban. Tapi selalu ada “Bintang Kejora!”, seperti dikatakan Ketua Karmun.

Adalah Frans Johansson, seorang penggugah inovasi, menulis buku berjudul The Medici Effect. Keluarga Medici, yang berkuasa di kota Firenze, Italia, pada abad pertengahan, menurutnya adalah penyaham terbesar bagi Renaissans.

Ketika Eropa berada di zaman kegelapan, keluarga ini dengan amat bersemangat menyelenggarakan berbagai perjamuan & mengundang para Astronom, Matematikawan, Kimiawan, Filsuf, Ahli Geografi, Insinyur, Pematung, Pelukis, Pengembara, Sarjana Theologia, bahkan para Fuqaha ahli hukum Islam. Mereka datang dari berbagai bangsa; Arab, Persia, Turki, Berber, Slavia, Yunani, & Jermania. Yang datang dari jauh diberi tempat. Yang tinggalnya dekat diantar jemput.

Dengan semangat, para ahli berbagai bidang itu membualkan segala hasil telaah mereka, mempertarungkan gagasan satu dengan yang lain dengan amat bebasnya.

Maka istana keluarga Medici menjelma menjadi sebuah melting pot, suatu titik-temu; sebuah tempat di mana gagasan-gagasan dari aneka bidang dan budaya bertemu, berbenturan, dan akhirnya menyulut sebuah ledakan dahsyat penemuan baru. Dari sini, demikian sejarawan sepakat, aufklarung pencerahan Eropa terbit.

Dan kopi, di pertemuan-pertemuan itu, adalah minuman pilihan terfavorit bagi mereka yang tak berkenan bersulang bersama Lorenzo de Medici dalam teriakan, “Panjang umur Dewa Anggur!”

Tempo hari, mengikuti Kongres Balai Budaya Gambiran yang semarak di Kedai Kopi Menoreh Pak Rohmat, saya merasa menemukan apa yang disebut oleh Kazuo Murakami sebagai ‘Pemicu Terobosan’. Ketika insan-insan dari berbagai latar belakang berkumpul ditemani kopi dan mengasah fikir, menajamkan rasa, serta melembutkan hati; tumbuh kesadaran indah tentang “We Are Smarter Than Me.”

Syabas untuk Presiden baru BBG, Kang Haji Setiya, semoga kian berkah membudidaya dakwah. “Bintang Kejora!”

15895170_1198982890194828_1937228615133228693_n


Posted

in

by

Tags: