Tag: Yogyakarta

  • Keplek ILAT dan PAWON Anget

    Sebagaimana perbedaan konsep seni “ndudut ati” dan “ngayang batin”, dalam tradisi kuliner Mataraman, ada 2 madzhab utama mengikuti gaya hidup awal di kedua Kuta Nagara yang bersaudara. Di Surakarta, yang sejak masa Ingkang Sinuhun PB II mengembangkan hubungan ‘saling menjaga eksistensi’ dengan VOC, berkembang budaya “Keplek Ilat” yang secara harfiah lebih kurang berarti “memanjakan lidah.”…

  • TELAS LARAS di CINTA PERTAMA

    “Kauselimutkan malam, kunyalakan pelita.. Kauciptakan lempung, kubentuk piala.. Kautumbuhkan hutan, kutata taman bunga..” (Muhammmad Iqbal, Payam-i-Masyriq) Konon, konsep estetika Mataraman diasaskan sebagai penghargaan terhadap alam, perjuangan, dan seni kriya manusia. Seperti dikatakan Iqbal dalam ‘Setanggi Timur’-nya di atas, inilah lambang keberserahan diri sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di bumi. Maka kita dapati, trah Ki Ageng…

  • SUMBER PESONA

    “Sesungguhnya Allah Maha Indah. Dia mencintai keindahan.” إن الله جميل يحبّ الجمال (HR Muslim) Pernah kita kemukakan, kakak beradik pewaris Mataram, Surakarta dan Yogyakarta punya konsep estetika yang agak berbeda. Di Solo, ada istilah “ndudut ati”, sementara di Jogja, puncak keindahan disebut “ngayang batin”. “Ndudut”, arti harfiahnya adalah “menarik sesuatu dari dalam melalui celah sempit…

  • SULTAN yang #MNCRGKNSKL

    Sebenarnya, hanya 5 tahun terakhir masa pemerintahannya dia menyandang gelar Sultan. Ketika naik takhta pada tahun 1613 dia memakai sebutan kakeknya, ‘Panembahan’, dan setelah merengkuh Madura pada 1624 dia memilih gelar ‘Susuhunan’. Bayangkan seorang yang sibuk mengonsolidasi kekuasaannya hingga Priangan, Surabaya, Madura, Blambangan, dan daulatnya merambah Banjar, Sukadana, Palembang, serta Jambi; tapi sempat menyusunkan tata…

  • PENARI dan PELAYAN

    “Pada suatu hari raya”, demikian Ibunda kita ‘Aisyah berkisah dalam riwayat Asy Syaikhan, “Ketika rombongan orang-orang Habasyah memperagakan pertunjukan tari-tarian tombak di halaman masjid, Rasulullah ﷺ menawariku, ‘Ya Humaira, apakah engkau mau menonton mereka?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Lalu beliau ﷺ menyuruhku berdiri di belakang beliau, dan beliau ﷺ merendahkan bahunya agar aku dapat melihat dengan…

  • SIMBOL

    Mon (紋) atau monshō (紋章), atau mondokoro (紋所), dan kamon (家紋) adalah simbol heraldik Jepang. Mon dapat merujuk pada setiap simbol, sementara kamon dan mondokoro merujuk pada simbol keluarga. Di kota Himeji yang cantik, kita akan menemukan 2 lambang dominan; sekuntum bunga paulownia (go-shichi-no-kiri) yang dulu dipakai Toyotomi Hideyoshi dan kini menjadi simbol Perdana Menteri…