SAKSI UTAMA

Ya Rabbi, betapa lucunya kami ini. Seringkali suka dipuji tentang apa yang tak ada pada diri. Tak jarang marah pula jika dicela pada aib yang sememang nyata. Dan tertipu, mengira banyaknya pengagum sebagai tanda bahwa diri ini mulia.

Ya Rabbi, selalulah insyafkan kami ini…

Bahwa ada banyak orang menyimpan cinta di hatinya untuk kami, justru karena ada jarak, ada keterhijaban. Berkebalikan dengan Rasulullah ﷺ yang dicinta karena dikenal segala kebajikannya, kami justru dicintai karena tidak diketahui keburukannya.

Ya, sebab tabir yang diselubungkan Allah pada aib-aib kami tebal sekali.

Karena nista dan dosa tak tertanda secara zhahir di wajah kita, tak pula langsung tercium bau busuk setelah kita bermaksiat, dan tak ada panas yang dirasakan oleh orang-orang dekat meski saat itu neraka lebih layak bagi kita dibanding surga; maka sesama terus saja berbaik sangka.

Ya. Cara menghargai baik sangka mereka adalah dengan berjuang untuk terus membaikkan diri di tiap bilangan hari.

Ya Rabbi, selalulah insyafkan kami ini…

Bahwa ketakjuban, cinta, dan sangka baik para penggemar yang rela berdesak-desak, ridha berbaris menanti, yang sangat bangga dengan bergambar bersama, yang bahagia menerima senyum dan ditorehi tanda tangan; semua itu hanya akan berlaku jika disahkan oleh saksi-saksi utama. Mereka adalah yang terdekat dengan kita; keluarga dan tetangga.

Sungguh tak bermakna segala puja-puji di luar sana, jika istri sendiri berkata, “Mbelgedhes!” Sungguh tak berarti segala decak kagum dari kejauhan, jika anak sendiri menanggapi, “Halllaaah!” Sungguh tak berharga semua baik sangka dari yang hanya bertemu sesekali, jika tetangga sendiri menyiniskan, “Hadeeehhh!”

Maka benarlah Rasulullah ﷺ dalam sabdanya yang dicatat Imam At Tirmidzi:

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي

“Sebaik-baik di antara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya. Dan akulah (teladan) yang terbaik di antara kalian, terhadap keluargaku.”


Posted

in

,

by