MENYAMBUNG Sultan AGUNG (Bag. 7)

“Wahai yang mengerti cinta hanya dari sastra, bagaimana kau akan sampai ke hatiku tanpa peta?”
-Piri Reis, 1465-1554-

Setelah berabad-abad di masa Hindu-Budha India jadi inspirasi Nusantara, pujangga Kesultanan Mataram mengarahkan pena lebih jauh; ‘Utsmani. ‘Utsmani dijadikan patron utama peradaban.

Saat masih jadi putra mahkota, Sultan Hamengkubuwana II menulis Serat Yusuf; mengisahkan pengucilan seorang pangeran oleh para saudaranya, lalu terdampar di ‘Utsmani, belajar pada rajanya, dan dibantu untuk kembali ke Jawa lalu bertakhta.

Nada serupa terdapat dalam Serat Paramayoga karya Ranggawarsita tentang peran Sultan Al Gabah dari ‘Utsmani mendakwahi Jawa, Serat Musarrar tentang Maulana Syamsu Zain, Serat Wedda Musyawarat, hingga Serat Jayabaya-Syaikh Subakir yang mengisahkan ‘Alim ‘Utsmani membersihkan Jawa dari kuasa roh jahat.

Peta wilayah Asia Tenggara ini tampil dalam buku Kātib Çelebi Pasha (1609-1657) yang diterjemahkan sebagai “Universal Geography”. Adalah sarjana ‘Utsmani yang juga ‘ulama, teolog, sastrawan, astronom, sejarawan, sosiolog, dan penerbit, Ibrahim Müteferrika (1674-1745) yang mempublikasikan karya tersebut setelah berhasil melacak karya sejarawan dan kartografer legendaris Abad XVII itu.

Akurasi peta ini luar biasa. Sila zoom in Pulau Jawa. Kita akan melihat kota dengan ikon terbesar yang diletakkan dengan lokasi amat presisi ditulis sebagai “ماتران”. Dalam bahasa Ottoman Turkish, huruf mati “n” dibaca sama dengan “m”. Ialah ibukota “Mataran” alias “Mataram”.

Hidup sezaman dengan bertakhtanya Sultan Agung (1613-1645) dan masa perutusan gelar Sultan (1640-1641), apakah Kātib Çelebi Pasha pernah mengunjungi Karta?

Ya, Karta yang terletak di tenggara Yogyakarta sekarang memang kota besar dan masyhur. Duta VOC Van de Haan mencatat, “Jika bendhe raksasa di Alun-alun Karta ditabuh, dalam waktu 1 jam, 200.000 pria akan berhimpun dengan senjata lengkap.. Setiap hari disembelih 4000 ternak untuk keperluan pangan penduduknya..”

Setidaknya kita tahu, di zaman itu, Mataram dikenal amat baik oleh para Sarjana ‘Utsmani. Jadi, ‘Menyambung Sultan Agung’ adalah tugas sejarah generasi kita.

(Bersambung)


Posted

in

,

by