MEMBANTAH

Tak mudah membantah tuduhan, apalagi jika yang menuding adalah pihak pemilik kuasa dan kekuatan. Para bijak menyarankan, jangan ngotot dan berkeras dengan argumen yang gampang ditebak dan alasan yang mudah diduga. Tapi cobalah merundukkan diri, tenang, dan cerdik menanggapi.

Pada satu waktu, seusai berburu, Raja Jin Weng Gong dari Negeri Jin ingin menyantap daging panggang yang empuk namun tak berlemak. Maka koki istana pun diperintahkan untuk segera memasak rusa hasil buruannya. Tak berapa lama, daging panggang itu telah siap disajikan. Warnanya keemasan dan harumnya semerbak. Sang raja tak tahan untuk segera mencicipinya.

Tetapi mata sang raja membelalak saat mengangkat potongan daging panggang itu. Pandangannya yang awas melihat ada sehelai rambut panjang tergeletak mengurai. Nafsu makannya hilang. Kemarahannya meluap. “Pengawal!”, teriaknya gusar, “Seret juru masak istana kemari! Aku pasti memenggal lehernya karena kecerobohan tak termaafkan ini!”

Sang juru masak yang dihadapkan pada Jin Wen Gong segera jatuh berlutut memohon ampun. Tapi sekilas diamatinya daging panggang yang tadi dimasaknya itu. “Hamba telah berbuat kesalahan yang berat! Hamba pantas dihukum mati, Baginda!”

Melihat amarah sang raja masih mengubun-ubun, sang juru masak melanjutkan kata-katanya. “Kesalahan hamba ada tiga”, akunya. “Pertama, hamba memotong daging itu terlampau cepat! Dagingnya terpotong tetapi rambutnya tidak ikut putus. Yang kedua, untuk membuat rasanya mantap, hamba memutar daging itu dan membumbuinya di atas panggangan berulang-ulang, tetapi rambutnya tak mau jatuh. Ketiga, agar dagingnya empuk merata, bara api untuk memanggangnya hamba buat sangat panas. Hamba sungguh teledor, dagingnya empuk merata akan tetapi rambut ini tak hangus terpanggang! Saya sungguh pantas mati, mohon Paduka menghukum saya!”

Mendengar kata-kata pelayannya, sang raja tertawa terbahak-bahak. Dia mengerti. Juru masak ini tak bersalah. Pasti ada seseorang yang sengaja ingin mencelakakannya dengan cara meletakkan rambut itu sesudah dagingnya matang dan siap disajikan. “Pengawal!”, seru raja, “Panggil pelayan yang menghidangkan daging ini!”

Lagi-lagi, keterampilan berkomunikasi adalah kunci.


Posted

in

by

Tags: