KEHADIRAN ILMU

“…Dan agar Aku sempurnakan nikmatKu atas kalian, dan supaya kalian bersyukur. Sebagaimana telah Kami bangkitkan di dalam kalian seorang Rasul dari diri-diri kalian; dia membacakan ayat-ayat Kami atas kalian, mensucikan kalian, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah pada kalian, dan mengajari kalian apa-apa yang belum kalian ketahui.” (QS Al Baqarah [2]: 150-151)

Adalah Rasulullah ﷺ menjadi kesempurnaan nikmat bagi kaum beriman. Sungguh dengan kehadirannya ﷺ, ‘amal shalih tersyukuri, khilaf salah terperingatkan, kebajikan menderu-deru, dan gulita tersinari. Dengan terutusnya; yang berbuat baik tersenyum yakin, yang berbuat jahat tercekam insyaf, yang menuju Allah tertunjuki jalan, dan yang terjebak kelam terfajarkan.

Telah dia ﷺ sambungkan langit dan bumi, dia bacakan Kalam Ilahi, dia sucikan para hati, dan dia ajarkan segala makna serta manfaat nyata. Dari senyumnya, ucapannya, lakunya, dan persetujuannya ﷺ; dibangun sebuah masyarakat cinta. Maka sejak “Iqra’” digemakan di bukit cahaya; bangsa penggembala kambing bertelanjang kaki yang tak pernah dilirik peradaban itu bangkit menjadi guru semesta; mengajarkan kesucian, keadilan, kebajikan, dan keluhuran sejati.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum dengan sekonyong-konyong. Tetapi Dia melakukannya dengan mengutus orang-orang terpilih untuk menjadi kecipak awal perubahan yang nantinya memusar dan membadai. Maka sebagaimana kita syukuri kehadiran Kanjeng Nabi ﷺ, layak pula kita sambut para berilmu, para beramal, dan para berikhlas yang Allah hadirkan di tengah lingkungan kita. Boleh jadi, mereka adalah hadiah Allah untuk mengentas kita dari remang menuju gemilang.

Lalu pada sosok-sosok perubahan itu; beri mereka peran meski masih malu-malu, ta’zhimi ilmunya selama masih merasa bodoh, dan jaga keikhlasannya dengan cara yang dituntunkan.

Maka berbahagialah sebuah negeri yang Allah tumbuhkan di dalamnya banyak ‘ulama. Mungkin ada yang masyhur bertampil-tampil, mungkin ada yang berceramah di sana-sini. Tapi mungkin juga mereka justru adalah yang takut terkenal, bersahaja lagi tekun mendidik ummat di pelosok dengan ilmu yang amaliah dan doa-doa berderai air mata. Mereka adalah tanda cinta dan kasih Allah bagi sebuah bangsa.

Mari kita berlindung pada Allah dari keadaan sebaliknya; ketika ilmu dicabut, cahaya dihapus, dan kebaikan berangsur pergi. Atau lebih berbahaya dari itu; ketika ‘ulama kita sisihkan, ketika ilmunya kita enggani, ketika dia kita jauhkan dari ummat atau ummat kita jauhkan darinya dengan berbagai alasan, hanya bersebab ketaksepakatan pada satu atau dua hal.

Memang tak ada yang sempurna; tapi sudah selayaknya tiap kehadiran ilmu kita sambut sebagai nikmat yang tersyukuri.

Meski latar foto adalah Aso National Youth Center di mana bendera Jepang dan Indonesia berkibar bersama; catatan ini disusun dari Namura Danchi, pemukiman para Kensushei yang haus ilmu di Imari, Saga, Pulau Kyushu. Terkirim salam hormat dan cinta untuk guru kami, Ustadz Adi Hidayat.


Posted

in

by

Tags: