FullHeart: SEPENUH HATI BERFESYEN SYAR’I

“Mengapa kau tak menulis kitab tentang Zuhud, seperti ‘ulama lain?”, tanya seseorang pada Muhammad ibn Hasan Asy Syaibani, murid Abu Hanifah sekaligus guru Imam Asy Syafi’i itu. “Sudah. Aku sudah menulis kitab tentang jual beli”, jawab beliau.

Perniagaan adalah cara ‘alim seperti beliau dan gurunya menjaga diri dari pemanjaan para penguasa dan pengharapan pada sesama. Maka meski jauh dari maqam para ‘ulama, demi meniti jejak mereka dan menganekaragamkan ikhtiyar menjemput rizqi, kami, Salim A. Fillah dan Muhammad Fanni Rahman, meluncurkan brand “FullHeart” untuk melayani Shalih(in+at) dalam berbusana.

FullHeart adalah terjemah kami untuk busana yang dihayati sepenuh hati; ia menjaga dari bahaya, menutup ‘aib, menghias pribadi, dan mencerminkan taqwa. Setiap pakaian yang kita kenakan memiliki cerita, FullHeart menghadirkannya agar kita sepenuh hati berfesyen syar’i.

Sultanahmet dipilih sebagai tempat peluncurannya, di mana Masjid mahakarya Daulah ‘Utsmaniyah itu menampakkan kepercayaan diri sekaligus penghargaan pada karya ummat sebelumnya, Hagia Sophia di hadapannya.

Selama lebih dari setengah millenium, Istanbul menjadi pusat pemerintahan Daulah ‘Utsmaniyah. Wilayah luas dan banyaknya anasir manusia menyebabkan keragaman budaya dan jenis pakaiannya. Awalnya, pakaian bangsa Turki adalah fesyen khas stepa Asia Tengah.

Seiring masuknya Islam, mereka berusaha mengikuti sunnah dalam berbusana. Laki-laki mengenakan surban. Para wanita mengenakan tunik yang menutup aurat dengan sempurna. Perhiasan san busana bercita seni tinggi era Turki Utsmani seperti jubah, kaftan, dan jaket, menurut penelitian Charlotte Jirousek, mengilhami fesyen dunia.

Follow instagram @fullheart.corp untuk menemukan keindahan busana dan cerita di baliknya. Selamat belanja, Kakak!


Posted

in

by

Tags: