Category: Dipanegara

  • PERANG DIPONEGORO: Seri Sejarah Turki-Indonesia (Part 5)

    Pada tahun 1825 sampai 1830, terjadi perang besar di Jawa bernama Perang Diponegoro atau Perang Jawa. Ketika itu Pangeran Diponegoro menyusun hirarkis pasukannya sesuai dengan hirarkis pasukan Janissary, pasukan andalan Sultan Muhammad Al-Fatih ketika menaklukkan Konstantinopel dari ada “arkio,” “turkiyo,” “bulkiyo,” “burjomuah” ini semua adalah istilah-istilah dari bahasa Turki. Kemudian juga ada pangkat tertinggi disebut…

  • MASJID PAJIMATAN

    Kompleks pemakaman luas di atas bukit Imogiri, dibangun oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma pada akhir masa pemerintahannya di tahun 1640-an. Imogiri sendiri bermakna “gunung yang diselimuti kabut.” Astana teratas di kompleks ini disebut Kasultanagungan, kemudian di bawahnya sebelah kiri adalah bagian Kasunanan Surakarta yang terdiri dari Astana Pakubuwanan, Kasuwargan Surakarta, Kapingsangan, dan Girimulya. Di sebelah kanannya…

  • Plat AB dan Plat AE

    Kalaupun seluruh aksara dihimpun, segala bahasa dikerahkan, dan setiap pujangga dihadirkan untuk menulis kisah kasih kita; kau hanya akan membuktikan ukara lama, bahwa cinta sukar ditashrif dan mustahil dita’rif. Tapi aku yang Plat AB dan kau yang Plat AE adalah kesinambungan cerita lama tentang cinta bergelora. Kamu tahu Panembahan Senapati, sang Ghazi? Di Maospati pada…

  • SANG PANGERAN

    (Kutipan Babad Dipanegara yang ditulis dalam pembuangan di Manado pada 1831-1833 dalam bentuk tembang dan beraksara pegon, lebih dari 1000 halaman; diakui sebagai salah satu naskah Memories of The World oleh UNESCO, dan salah satu pionir otobiografi di dunia) MIJIL //sun amedhar suraosing ati/ atembang pamiyos/ pan kinarya anglipur brangtane/ aneng Kitha Manadhu duk kardi/…

  • SANG PANGERAN & JANISSARY TERAKHIR

    Sublime PORTE, 15 November 1808 … “Vezir-i âzam..”, kedua orang berseragam Janissary itu bertabik hormat. “Orhan Agha! Murad Agha!”, Musthafa Pasha segera mengenali kedua perwira Beylik pengawal Sultan itu. “Kami gagal meyakinkan para Bolukbashi. Kesatuan-kesatuan Cemaat menolak gagasan ekspedisi jihad selain ke medan Eropa.” Musthafa Pasha mengangguk. “Sultan?” “Tampak bingung. Agaknya beliau dalam pengaruh ibunya,…

  • Sang PANGERAN dan JANISSARY Terakhir

    Tubuh tinggi besar Ali Basah Sentot Prawiradirja terduduk lemas. Tangannya memegangi sorban merah yang melilit kepalanya. Matanya terpejam. Kumis gagahnya yang biasanya tegak melintang seakan luruh tertunduk. Bibir tebalnya mengomat-ngamitkan entah istighfar entah sesal. Di hadapannya, Basah Nurkandam tegak menanti keputusan terakhir Sang Senapatigung Perang Jawa itu. “Saya tahu, Kangmasmu Raden Rangga Prawiradiningrat, Bupati Wedana…